Langsung ke konten utama

Masa Depan Jurnalis di Tengah Teknologi Kecerdasan Buatan (AI)

 


ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM : Zaman teknologi modern mendekati abad ke-20 segala pekerjaan manusia semakin dipercepat. Perlu diingat ya, bukan dipermudah akan tetapi dipercepat. Sebab penggunaan teknologi kecerdasan buatan ini memiliki beragam dampak positif dan negatif. 

Pada hakikatnya, teknologi artficial intelegente (AI) atau kecerdasan buatan ini telah diterapkan sejak tahun 1980. Mesin pencarian google pun adalah bentuk awal dari cara kerja AI. Hanya saja, pada saat itu platform yang bisa menggunakan teknologi AI hanya mesin pencarian google. 

Konsep AI bukanlah teknologi yang sangat cerdas yang seperti dibayangkan oleh orang pada umumnya, atau bahkan nanti bisa bersaing dengan manusia. Okelah, dalam ilmu pengetahuan tidak ada yang tidak mungkin. Namun apa iya, manusia bisa menciptakan suatu makhluk menandingi atau melebihi tuhannya, tentu bagi yang percaya tuhan. 

Kalau gambaran simpel AI adalah seperti mesin pencarian google, berarti bisa dikatakan hanya google saat itu yang menguasai AI. Namun apa yang terjadi sekarang? Sebagian besar platform internet atau media sosial telah menerapkan AI. Hal ini bisa jadi karena cara AI sudah bocor dengan adanya perang siber. 

Perusahaan besar Meta yang sudah menguasai platform besar media sosial digital seperti facebook, instagram, twitter/ x dan Whatsapp telah memiliki fitur Meta AI. Hal ini tentu menjadi perdebatan tentang dampak positif dan negatifnya. 

Keamanan privasi sekarang ini tidak lagi menjadi hal yang diwajarkan. Ancaman data keamanan bocor, privasi data sungguh menjadi kewaspadaan dan kehati-hatian yang perlu selalu difikirkan dalam bermedia sosial. Kita tahu website milik pemerintah seringkali dilumpuhkan oleh hacker. Tentunya ini adalah bentuk dari kelemahan adanya teknologi AI atau sebagai tantangan di era zaman teknologi super cepat ini.

Penulis menyakini, setiap apapun yang telah terunggah dalam dunia internet tidak bakal hilang meski dihapus oleh pemililnya. Sebab ada pihak ketiga yang menyimpan data itu, apalagi dengan konsep penyimpanan google could ini. Analogi mudahnya, ketika kita memiliki file yang hilang pada hardisk atau flashdisk masih dikembalikan filenya dengan bantuan beragam aplikasi. Lalu bagaimana dengan kita yang mengunggah file diinternet yang selalu dipantau oleh pihak ketiga atau server admin (mudahnya begitu). 

Nah, dengan ulasan mengenai gambaran, cara kerja, kelemahan dan keuntungan AI telah terjabarkan diatas lalu bagaimana itu berdampak oleh seorang jurnalis atau wartawan. Tentu topik ini selalu menjadi bahan yang menarik untuk dibahas, bahkan saya mengetik ulasan ini merupakan produk hasil pemikiran tanpa AI. Sebab artificial intelegent tidak bisa menghasilkan pembahasan yang koheren dan kompleks serta sistematis tentang topik ini. 

AI hanya berperan dalam saat proses produksi, tidak secara holistik dan utuh. Dalam suatu artikel yang baik dan benar menurut kaidah kepenulisan yang bisa ditelaah oleh akal budi manusia, artinya sistematika data sekaligus diagram alir artikel tidak bisa dirancang oleh AI dalam konteks tertentu. Misalnya membahas mengenai agama, suatu organisasi atau tajuk suatu fenomena. 

Selanjutnya AI tidak bisa tampil sesuai algoritma jika tidak dicari melalui mesin pencarian, hal ini dikarenakan ai adalah gudang informasi yang hanya tampil bila dipanggil atau dicari. Layaknya mesin pencari. Begitupula dalam pembuatannya, bila manusia tidak membuat atau menginput informasi maka ai tidak bisa menghadirkan data. 

Terkahir, sejauh yang kami pahami. Bahwa AI tidak bekerja berdasarkan emosional manusia, artinya semua dipandang secara objektifitasnya. Begitulah gagasan kami perihal kompetensi wartawan atau jurnalis ditengah metode kecerdasan buatan atau artificial intelegence. Bagi kami, saya masih optimis dengan wartawan atau jurnalistik yang tidak akan dikalahkan dengan perkembangan artificial intelegence.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seni Santri dalam berliterasi | Spesial Maulid Nabi dan Hari Santri

Forum diskusi santri Sementara ini literasi kerap berdomisili pada dunia perguruan tinggi, seolah santri tak ada tendensi untuk ikut menggali dan berpartisipasi. argumen literasi nyaris dilontarkan oleh para pejuang literasi untuk membumikan budaya literasi untuk kaum santri, tak heran itu semua dilakukan untuk menjembatani untuk sama-sama mewujudkan cita-cita bangsa untuk meningkatkan kapasitas insani. Momentum hari santri dan maulid nabi seyogyanya sudah menjadi barometer prestasi santri dikancah publik, beberapa fakta telah dihadirkan seharusnya menjadi energi terbarukan bagi santri, seperti munculnya gus menteri agama yang menguasai panggung demokrasi. Tak hanya itu, posisi-posisi strategis baik negarawan maupun ilmuan juga telah diisi oleh alumni santri yang terkadang enggan memutus rantai gelarnya sebagai santri. Pada era distrupsi ini, kehadiran santri sangat dinantikan. Santri yang memiliki jiwa dan mental kuat untuk menyongsong negeri ini menjadikan santri harus bangga dengan ...

Serambi Ramadhan Ke-9 | Ragam Praktek Hidup Asketik

  Fase dalam setiap manusia mengalami fase yang sama, meskipun dengan prosesnya yang berbeda. Dengan begitu, manusia harus memahami setiap prosesnya, self awareness, sefl love juga bekal yang baik. Manusia untuk berproses dengan baik harus mutlak menjalankan sesuatu yang naturalnya manusia harus mengalami, diantaranya :  1. Fasting (Puasa) Hampir semua agama/ makhluk melakukan puasa, baik dibungkus dengan ibadah maupun jalan ideologi, arti leterlijk dari puasa adalah Menahan demi panen yg besar, lelahnya ibadah akan panen manisnya iman, lelahnya belajar akan panen manisnya kepintaran, itulah diantara latarbelakang yang menjadi faktor utama.  2. Communal  Menjauh dari kerujunan/ uzlah, ini sudah banyak dipraktikkan oleh orang-orang besar. Para penulis kitab besar juga perlu uzlah untuk menciptakan kitab dengan sempurna, karena dengan kesendirian dan keheningan tercipta pemikiran yang mendalam.  3. Yogic asceticism  Secara amaliah kalau kita sebagai umat isla...

Serambi Ramadhan Ke-11 | Kasuistik Pemuda Dalam Prespektif Ramadhan

  Dalam skema penalaran berfikir, pemuda memiliki peran dominan terhadap penalaran-penalaran dialektikanya berlaku. Utamanya dalam berperan diera modern dan era highspeed komunikasi serta transparasi komunikasi. Hedon mengenai peran pemuda telah terbukti dari zaman sebelum indonesia merdeka ada golongan tua dan golongan muda. Meskipun demikian, dua golongan super natural tersebut bukan alasan mutlak untuk mendistraksi dialektika yang berjalan. Pemuda memiliki semangat dan kemauan bulat sedangkan para sesepuh golongan tua berhak memberikan dorongan dan motivasi penguat, bak kata-kata Ki Hajar Dewantara, Tut Wuri Handayani. Untuk itu, meletakkan dimana kita atas apa yang harus kita lakukan disituasi yang bagaimana, diras perlu kita fikirkan melalui forum-forum perkumpulan profetik dengan asas, cendekiawan, prinsip kebangsaan serta berpegang pada ideologi agama yang moderat.  Oleh karena itu, pemuda se kecamatan dampit dalam forum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU IPPNU) mense...