Tampilkan postingan dengan label Pikiran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pikiran. Tampilkan semua postingan

Rabu, 12 Maret 2025

Menakar Peran Potensial BUMDes Dalam Implementasi Permendesa Nomor 2 Tahun 2024 tentang Ketahanan Pangan

 


ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM : Pembangunan desa yang berkelanjutan membutuhkan peran serta berbagai elemen masyarakat, termasuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Terbitnya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Permendesa PDTT) Nomor 2 Tahun 2024 yang menitikberatkan pada ketahanan pangan desa menjadi tantangan sekaligus peluang bagi BUMDes dalam mengambil peran strategisnya.

Regulasi ini mengamanatkan bahwa desa harus memiliki skema yang jelas dalam meningkatkan ketahanan pangan, baik dari sisi produksi, distribusi, hingga pemanfaatan sumber daya lokal. Dalam konteks ini, BUMDes sebagai entitas ekonomi desa memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak program ketahanan pangan yang berkelanjutan.


Peran Strategis BUMDes dalam Ketahanan Pangan

BUMDes dapat berperan dalam berbagai aspek ketahanan pangan, mulai dari hulu hingga hilir. Beberapa peran strategis yang bisa dijalankan antara lain:


Produksi dan Pengolahan Pangan Lokal

BUMDes dapat mengelola pertanian, perikanan, dan peternakan desa dengan lebih optimal, termasuk memberikan dukungan modal dan alat produksi kepada petani atau peternak lokal. Selain itu, unit usaha pengolahan hasil pertanian dapat dikembangkan agar produk desa memiliki nilai tambah sebelum dipasarkan.


Distribusi dan Pasar Pangan Desa

Salah satu tantangan ketahanan pangan adalah rantai distribusi yang panjang dan tidak efisien. BUMDes bisa menjadi agen distribusi pangan lokal yang memangkas jalur distribusi, sehingga produk pangan lebih mudah dijangkau oleh masyarakat dengan harga yang lebih stabil.


Lumbung Pangan Desa

Sesuai dengan amanat Permendesa Nomor 2 Tahun 2024, BUMDes dapat mengelola lumbung pangan desa, memastikan stok pangan tersedia dalam kondisi darurat atau saat harga pasar melonjak. Ini akan membantu desa memiliki cadangan pangan yang memadai.


Kemitraan dengan Pihak Eksternal

BUMDes juga dapat menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah, swasta, atau koperasi dalam upaya meningkatkan produktivitas pangan dan memperluas pasar produk desa.


Konsekuensi Jika BUMDes Belum Berbadan Hukum dan Tidak Aktif


Meskipun BUMDes memiliki potensi besar dalam implementasi kebijakan ketahanan pangan, tantangan utama adalah banyaknya BUMDes yang belum berbadan hukum dan tidak aktif. Hal ini memiliki konsekuensi serius, antara lain:


Tidak Bisa Mengakses Pendanaan dan Bantuan Pemerintah

BUMDes yang belum berbadan hukum tidak dapat mengakses dana desa maupun program bantuan pemerintah yang ditujukan untuk pengembangan usaha dan ketahanan pangan. Ini akan menghambat upaya desa dalam mengembangkan sektor pangan secara mandiri.


Potensi Pemberdayaan Ekonomi Desa Tidak Maksimal

Tanpa kehadiran BUMDes yang aktif, peluang meningkatkan ekonomi masyarakat desa melalui sektor pangan menjadi sangat terbatas. Petani dan pelaku usaha pangan di desa akan kesulitan mengembangkan produksi mereka tanpa dukungan lembaga ekonomi desa yang kuat.


Ketergantungan terhadap Pihak Eksternal

Desa yang tidak memiliki BUMDes yang aktif akan lebih bergantung pada pihak luar dalam hal suplai dan distribusi pangan. Akibatnya, desa tidak memiliki kendali terhadap harga dan ketersediaan pangan, yang bisa berdampak negatif pada ketahanan pangan lokal.


Tidak Mampu Menyerap Tenaga Kerja Lokal

Salah satu peran penting BUMDes adalah menciptakan lapangan kerja di desa. Jika BUMDes tidak aktif, maka potensi penyerapan tenaga kerja lokal terhambat, menyebabkan banyak penduduk desa harus mencari pekerjaan di luar daerah.


Mendorong Penguatan dan Legalitas BUMDes

Agar BUMDes dapat berperan maksimal dalam implementasi Permendesa Nomor 2 Tahun 2024, diperlukan langkah-langkah konkret untuk memastikan bahwa BUMDes:


Memiliki badan hukum yang sah, sehingga bisa mengakses berbagai skema pendanaan dan program pemerintah.

Dikelola secara profesional dan transparan, dengan manajemen yang baik agar mampu menjalankan usaha yang berkelanjutan.

Didukung oleh pemerintah desa dan masyarakat, sehingga memiliki legitimasi kuat dan partisipasi aktif dari warga.

Keberadaan BUMDes yang sehat dan aktif akan sangat menentukan keberhasilan kebijakan ketahanan pangan di tingkat desa. Oleh karena itu, percepatan legalisasi dan revitalisasi BUMDes harus menjadi prioritas, agar desa dapat lebih mandiri dalam menjaga ketersediaan dan kedaulatan pangan bagi masyarakatnya.


*Lantas bagaimana peran BUMDES di desa anda?*

Desa Jalasutra dan Harapan yang Kian Memudar

 


CERPEN | JATIMSATUNEWS.COM : Di lereng Gunung Sumbing, di antara hamparan sawah yang menghijau dan udara yang sejuk, terdapat sebuah desa bernama *Jalasutra*. Desa ini dihuni oleh sekitar *14.000 jiwa* yang tersebar di empat pedukuhan, yakni *Dukuh Nrimo, Dukuh Sabar, Dukuh Ikhlas, dan Dukuh Opojare*. Sejak dahulu, desa ini dikenal sebagai desa yang tentram dan masyarakatnya hidup dalam semangat gotong royong. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, keadaan mulai berubah.  

Kepala Desa Jalasutra, *Sutrisno*, sebenarnya adalah sosok yang cukup dihormati. Namun, di bawah kepemimpinannya, kinerja pemerintahan desa semakin merosot. *Perangkat desa sering membolos*, beberapa hanya datang ke kantor untuk ngopi, membuka YouTube, lalu pulang. *Beban kerja menumpuk hanya pada satu atau dua orang*, sementara yang lain seperti kehilangan arah.  

Lembaga-lembaga desa yang seharusnya menjadi penggerak pembangunan justru semakin tak terlihat perannya. *BPD (Badan Permusyawaratan Desa) hanya mengadakan rapat ketika waktunya mengambil insentif*, LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) bahkan dianggap sudah hilang. *BUMDes dan Pokdarwis*? Mereka seperti *kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau*.  

Masyarakat mulai resah. Mereka ingin perubahan, tetapi suara mereka seperti tenggelam di antara meja-meja kantor desa yang mulai berdebu.  


*Perangkat Desa yang Terbelah*  

Di kantor desa, pemandangan yang kontras terjadi setiap hari. Ada perangkat yang datang pagi-pagi, bekerja tanpa kenal waktu, menyelesaikan berbagai tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab banyak orang. Di sisi lain, ada yang malas datang ke kantor, bahkan ada yang enggan ke kantor karena *tidak tahu apa yang harus dikerjakan*.  

"Pak Lurah, bagaimana ini? Saya sudah capek kerja sendirian," keluh *Pak Budi, Kasi Pemerintahan*, yang setiap hari terlihat sibuk menumpuk berkas dan menyelesaikan administrasi yang seharusnya dikerjakan bersama.  

Sutrisno menghela napas. Ia tahu masalah ini, tapi entah bagaimana, semuanya sudah terasa nyaman dengan keadaan masing-masing.  

"Tolonglah, Pak Lurah, *bagilah tugas ini dengan adil*. Yang malas, ayo diajak kerja. Yang belum bisa, ayo diajari," sambung *Bu Rina, Kaur Keuangan*, yang juga sering merasa terbebani karena kurangnya koordinasi di kantor desa.  

Tapi Sutrisno hanya mengangguk pelan. Dalam hatinya, ia tahu keadaan ini sudah terlalu berlarut-larut. Ia sendiri bingung harus mulai dari mana.  


*Harapan yang Mulai Pudar*  

Di warung kopi depan balai desa, beberapa warga *Dukuh Opojare* sedang berbincang.  

"Percuma kita usulkan ini-itu. Pemerintah desa sibuk sendiri dengan urusannya," kata Pak Giman sambil menyeruput kopi hitamnya.  

"Betul! Apa BPD pernah rapat untuk mendengar aspirasi warga? Mereka hanya rapat kalau mau ambil insentif!" timpal Pak Jono, petani dari *Dukuh Nrimo*  

"Kita butuh perubahan. Tapi kita juga sudah lelah berharap," Bu Siti, seorang ibu rumah tangga dari *Dukuh Sabar*, menggeleng pelan. "Yang tampak hidup hanya PKK dan... rumput di depan balai desa!"  . Tidak ada lagi geliat Karang-taruna, tidak ada lagi anak-anak muda yang mau berkiprah di desa bahkan  lapangan bola volley dan basket sampai tumbuh belukar. Sayang sekali tidak ada potensi apapun yang bisa dibanggakan.

Orang-orang di warung itu tertawa pahit. Mereka sadar bahwa kondisi ini sudah menyentuh titik yang mengkhawatirkan. *Jika tak segera dibenahi, Desa Jalasutra bisa benar-benar kehilangan arah*


*Sebuah Perubahan yang Harus Dimulai*

Beberapa hari kemudian, Pak Warno, seorang tokoh masyarakat dari Dukuh Ikhlas, datang ke kantor desa.

"Pak Lurah, saya datang bukan untuk mengeluh. Tapi saya ingin bertanya, apakah *tidak bisa pekerjaan dibagi rata?* Yang tidak bisa, diajari. Semua harus bekerja sesuai tugas pokok dan fungsinya," kata Pak Warno dengan nada tegas.  

Sutrisno diam sejenak. Ia menatap ke arah ruang kerja perangkat desa yang semakin hari semakin sepi. Di sudut ruangan, hanya ada beberapa orang yang masih setia bekerja keras, sementara lainnya entah di mana.  

Pak Warno melanjutkan, "Desa ini butuh pemimpin yang tegas. Jangan biarkan yang malas semakin nyaman, sementara yang rajin semakin terbebani."  

Kata-kata itu membuat Sutrisno berpikir. Mungkin ini saatnya ia benar-benar mengambil sikap, Jika dibiarkan terus seperti ini, Desa Jalasutra akan semakin terpuruk.  

Di hari itu juga, ia mengumpulkan semua perangkat desa. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, *balai desa kembali dipenuhi suara diskusi serius* Meskipun belum jelas apakah perubahan akan segera terjadi, setidaknya *ada harapan baru yang mulai muncul di Jalasutra* 

Dan harapan, sekecil apa pun, adalah langkah pertama menuju perubahan.


Jalasutra - Brebes:

12 Desember 2023

Sabtu, 15 Februari 2025

Teman Adalah Musuh yang Belum Bergerak

Dalam hidup bersosial sekaligus bermasyarakat, dialektika hukum prinsip, etika, norma sekaligus aturan adalah dogma yang harus kita pahami, mengerti, jalankan, dan terapkan agar tidak masuk kedalam lingkar diskriminasi atau pengasingan. Banyak diantara kita yang salah faham dengan kata diskriminasi tanpa mengetahui factor sekaligus posisi diri kita. Dengan demikian tidak seharusnya setiap saat kita hanya menganggap diri kita tidak beruntung atau menyalahkan orang lain yang membuat kita terdiskriminasi, kita lupa untuk introspeksi diri.


Bahwa dalam ekosistem pertemanan berapapun jumlah teman itu sendiri, pasti ada diantara mereka yang paling dekat sehingga menjadi urutan pertama bila dilakukan ranking. Namun disini penulis tidak sedang menggiring opini untuk bersuudzan, melainkan harus waspada dan lebih mengerti arti sebuah pertemanan. Hari ini dalam perkembangannya, apapun bisa terjadi itulah mengapa kita harus waspada, kalau kata sunan kalijaga adalah “Iling lan Waspodo”.


Kita sendiri tahu, bahwa yang memiliki hubunga darah saja masih banyak yang berbeda pendapat atau prinsip, apalagi yang hanya teman yang tidak memiliki ikatan darah, dan kisah ceperti itu sekarang banyak terjadi. Maka mari berbijak dalam bercerita ataupun memberikan informasi. Seperti halnya anak dengan bapak yang merupakan tokoh public, mereka berhak memberitahukan hubungan dengan anaknya namun harus menjaga sebuah privasi. Karena pada dasarnya hubungan keluarga adalah sesuatu informasi yang orang lain boleh saja tahu namun bagaimana sebuah keluarga, itu merupakan sebuah privasi.


Adagium otentik penulis ini “Teman adalah musuh yang belum begerak” merupakan sesuatu yang layak untuk diimani, sebab potensi itu mungkin saja terjadi. Awal mula itu terjadi sebab informasi yang terlalu telanjang yang masuk kepada teman kita, misalnya informasi menganai kekurangan kita, orang lain bisa saja menganalisis dan akan menjatuhkanmu saat nanti dalam sebuah persaingan. Contoh hal lain ketika kita ingin merencanakan sesuatu yang besar, ornag bisa saja menggagalkan rencanamu karena sebuah iri dengki.


Sebagian orang mungkin memiliki anggapan bahwa, ini akan bertentangan dengan teori milik Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno dia mengatakan “jika kamu memiliki cita-cita maka semesta akan berbondong-bondang membantumu”, jika dilihat dari redaksinya tidak ada kata untuk mengumbar kepada orang lain, ada 2 kemungkinan kalau memang kita mengumbar kepada orang yang tepat, atau orang yang bisa membantu kita, bisa saja cita-cita kita terlaksana, namun kalau salah orang atau bahkan rivalitas kita maka tentu ada upaya besar untuk menggagalkan cita-cita kita tersebut.


Dengan kata lain kita harus benar-benar memfilter untuk sekedar cerita, curhat atau bahkan memberitahukan rencana besar kita kepada orang lain, jangan butuh untuk dicitrakan karena selagi kalian sudah sukses maka akan otomatis tercitrakan sendiri dan jangan membutuhkan solusi atau mengadu nasip kepada siapapun karena orang tak peduli dengan hal itu. Teman curhat terbaik dunia adalah kedua orangtua, guru dan akhirat adalah Allah SWT. Sebab 

Jumat, 10 Januari 2025

Masa Depan Jurnalis di Tengah Teknologi Kecerdasan Buatan (AI)

 


ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM : Zaman teknologi modern mendekati abad ke-20 segala pekerjaan manusia semakin dipercepat. Perlu diingat ya, bukan dipermudah akan tetapi dipercepat. Sebab penggunaan teknologi kecerdasan buatan ini memiliki beragam dampak positif dan negatif. 

Pada hakikatnya, teknologi artficial intelegente (AI) atau kecerdasan buatan ini telah diterapkan sejak tahun 1980. Mesin pencarian google pun adalah bentuk awal dari cara kerja AI. Hanya saja, pada saat itu platform yang bisa menggunakan teknologi AI hanya mesin pencarian google. 

Konsep AI bukanlah teknologi yang sangat cerdas yang seperti dibayangkan oleh orang pada umumnya, atau bahkan nanti bisa bersaing dengan manusia. Okelah, dalam ilmu pengetahuan tidak ada yang tidak mungkin. Namun apa iya, manusia bisa menciptakan suatu makhluk menandingi atau melebihi tuhannya, tentu bagi yang percaya tuhan. 

Kalau gambaran simpel AI adalah seperti mesin pencarian google, berarti bisa dikatakan hanya google saat itu yang menguasai AI. Namun apa yang terjadi sekarang? Sebagian besar platform internet atau media sosial telah menerapkan AI. Hal ini bisa jadi karena cara AI sudah bocor dengan adanya perang siber. 

Perusahaan besar Meta yang sudah menguasai platform besar media sosial digital seperti facebook, instagram, twitter/ x dan Whatsapp telah memiliki fitur Meta AI. Hal ini tentu menjadi perdebatan tentang dampak positif dan negatifnya. 

Keamanan privasi sekarang ini tidak lagi menjadi hal yang diwajarkan. Ancaman data keamanan bocor, privasi data sungguh menjadi kewaspadaan dan kehati-hatian yang perlu selalu difikirkan dalam bermedia sosial. Kita tahu website milik pemerintah seringkali dilumpuhkan oleh hacker. Tentunya ini adalah bentuk dari kelemahan adanya teknologi AI atau sebagai tantangan di era zaman teknologi super cepat ini.

Penulis menyakini, setiap apapun yang telah terunggah dalam dunia internet tidak bakal hilang meski dihapus oleh pemililnya. Sebab ada pihak ketiga yang menyimpan data itu, apalagi dengan konsep penyimpanan google could ini. Analogi mudahnya, ketika kita memiliki file yang hilang pada hardisk atau flashdisk masih dikembalikan filenya dengan bantuan beragam aplikasi. Lalu bagaimana dengan kita yang mengunggah file diinternet yang selalu dipantau oleh pihak ketiga atau server admin (mudahnya begitu). 

Nah, dengan ulasan mengenai gambaran, cara kerja, kelemahan dan keuntungan AI telah terjabarkan diatas lalu bagaimana itu berdampak oleh seorang jurnalis atau wartawan. Tentu topik ini selalu menjadi bahan yang menarik untuk dibahas, bahkan saya mengetik ulasan ini merupakan produk hasil pemikiran tanpa AI. Sebab artificial intelegent tidak bisa menghasilkan pembahasan yang koheren dan kompleks serta sistematis tentang topik ini. 

AI hanya berperan dalam saat proses produksi, tidak secara holistik dan utuh. Dalam suatu artikel yang baik dan benar menurut kaidah kepenulisan yang bisa ditelaah oleh akal budi manusia, artinya sistematika data sekaligus diagram alir artikel tidak bisa dirancang oleh AI dalam konteks tertentu. Misalnya membahas mengenai agama, suatu organisasi atau tajuk suatu fenomena. 

Selanjutnya AI tidak bisa tampil sesuai algoritma jika tidak dicari melalui mesin pencarian, hal ini dikarenakan ai adalah gudang informasi yang hanya tampil bila dipanggil atau dicari. Layaknya mesin pencari. Begitupula dalam pembuatannya, bila manusia tidak membuat atau menginput informasi maka ai tidak bisa menghadirkan data. 

Terkahir, sejauh yang kami pahami. Bahwa AI tidak bekerja berdasarkan emosional manusia, artinya semua dipandang secara objektifitasnya. Begitulah gagasan kami perihal kompetensi wartawan atau jurnalis ditengah metode kecerdasan buatan atau artificial intelegence. Bagi kami, saya masih optimis dengan wartawan atau jurnalistik yang tidak akan dikalahkan dengan perkembangan artificial intelegence.

Konspirasi Gagalkan Visi Indonesia Emas 2045, Melalui Guru dan Dunia Pendidikan

Bagian 1: Sistem Pendidikan dan Ragam Pergantian Kepemimpinan Indonesia


Ketika Indonesia mencanangkan Indonesia Emas pada tahun 2045 pada saat usia Indonesia 100 tahun merdeka rasanya iya-iya tidak untuk bisa mencapainya, banyak aspek yang perlu dilihat dan dikaji sebelum menobatkan Indonesia Emas tahun 2045. Bukan suatu hal yang muluk namun semua harus difikir, disiapkan bahkan difikirkan secara rasional. 


Coba kita mulai pembahasan mulai dari persiapan, jika sekarang tahun 2024 maka kurang 21 tahun lagi penobatan itu harusnya didapatkan, bila kita memiliki generasi pemuda untuk disiapkan, sekaranglah memulai waktu yang tepat, sebab diumur 21 tahun nanti, pemuda sudah mulai berkontribusi. Itu kalau kita lihat dari pemuda yang masih berumur 0 tahun dari sekarang. 


Lalu bagaimana, dengan pemuda yang sekarang masih mencari jati diri. Ini berkisar antara umur 13-19 tahun, ini antara jenjang pendidikan smp-kuliah. Ini adalah waktu dimana seorang murid nanti akan menjadi manusia produktif ketika Indonesia digadang akan mengalami keemasan pada tahun 2045. 


Kita mulai mendalam dalam rangka persiapan ini, tentu dalam rangka persiapan adalah aspek crowded atau fokus utama. Sebab, persiapan terbaik adalah belajar dan yang bisa paling berperan adalah instansi pendidikan atau bahkan lebih spesifik lagi seorang guru. Namun nyatanya kondisi pendidikan mulai diperlakukan tidak serius, lalu bagaimana tujuan Indonesia emas 2045 itu bisa diraih. 


Lagi-lagi situasi politik masih menjadi tren isu masyarakat Indonesia belakangan ini, mulai dari Pileg dan Pilpres yang penuh ketegangan panggung sandiwara telah mengalihkan isu pendidikan yang dirasa penting untuk diperhatikan dan ditangani, belum lagi disambung pilkada beserta dinamikanya setelah itu. Seolah-olah isu politik ini menjadi arus perhatian pearalihan, tidak mengatakan semua namun minim yang masih menyuarakan pendidikan karena masih belum dianggap isu strategis. 


Belum lagi, skema perubahan pemerintahan identikanya juga perubahan kebijakan. Inilah yang kemudian dirasa lagi membuat sistem pendidikan terombang-ambing, logika dasarnya suatu sistem pendidkan belum dirasakan berhasil dan tidaknya namun sudah diganti. Seperti orang memasak belum selesai stepnya sudah dibuang sebelum dimakan dan dirasakan hasilnya. Nah ini akan menjadi piring kotor serta alat dan bahan dapur terbuang sia-sia, itulah yang terjadi di negara kita saat ini. 


Lebih dari itu, bila dibahasa pada jenjenag pendidikan mulai dari SMP sampai diperguruan tinggi diakui atau tidak sistem pendidikan dilingkungan pendidikan tinggi masih jauh dari kata efektif. Misalnya pragmatisme pendidikan tidak menjadi konsep utama lagi. Kebanyakan pendidikan tinggi dituntut memiliki luaran dan prestasi pragmatis, sehingga lembaga perguruan tinggi mau tidak mau harus pragmatisme menghasilkan mahasiswa yang didik menjadi alat menciptakan suatu produk industri dan teknologi. Alih-alih manusia sendiri bingung juga dengan pesatnya teknologi yang akan mengalahkan manusia. 


Jarang sekali menjumpai sekarang mahasiswa yang berjiwa sosial, negarawan, nasionalis atau apalah yang berhubungan dengan peningkatan daya akal budi yang baik dan memiliki cita-cita seperti para pendiri bangsa, jiwa Soekarno, Bung Tomo, Tan Malaka atau bahkan Sutan Syahrir atau yang lain. Mahasiswa lebih bangga teralifiliasi untuk menjadi silent major, menjadi konten kreator dan bahkan menemukan sederet aplikasi yang mungkin hanya bertahan saat dia kulia saja, setelah itu hanya menjadi cerita dan kembali ke profesi karyawan. Lagi-lagi idealisme itu dibunuh. 


Disisi lain, sistem pendidikan perguruan tinggi telah mengalihkan fokus mahasiswa yang idealis untuk memikirkan negara ini dengan kurikulum yang berbasis proyek, menghasilkan luaran teknologi dan industri atau bahkan segudang deretan prestasi yang hanya mencakrawala didunia akademis namun sanggat asing bila dibawa ke masyarakat bawah. Saya tak mempermasalahkan prestasinya, namun ini tak jauh dari orde baru ke reformasi ketika manusia dibungkam untuk berfikir kritis terhadap dinamika para penguasa bangsa yang bertindak tidak-tidak. 


Pada intinya, sistem pendidikan yang digemborkan sebagai Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini harus diterjemahkan detail. Akhirnya guru memiliki peranan masing-masing dan serta mampu beropini 'siapa berbuat apa' artinya guru berperan sesuai bidang keahliannya masing-masing yang mengarahkan/ mendampingi anak didiknya untuk berfikir kritis dan menitikberatkan pada akal budi dan pemikiran. 



Bagian 2 : Degradasi Perlakukan Guru : Hukum Dijadikan Alat Untuk Menepis Tudingan Murid Durhaka


Ini juga lagi marak, kasus guru dilaporkan wali muridnya karena dikatakan melakukan kekerasan. Saya memang tidak sepakat bahwa dunia pendidikan harus bermetode pada kekerasan yang amat berlebihan, namun juga tidak membenarkan bahwa wali murid yang keterlaluan menyikapi hal ini tanpa adanya pertimbangan dan analisis yang mendasar. 


Jangan salahkan, mungkin akibat dari guru yang seperti ini adalah manifestasi pada sistem pendidikan yang kurang tepat itu. Tidak bisa dipungkiri guru adalah produk dari pendidikan itu sendiri, pendidikan yang tepat akan menghasilkan guru yang tepat. Jadi lagi-lagi pembahasan diatas itu tidak hanya berujung pada kemajuan negara, subjektivitas murid namun juga terhadap produk dari kualitas guru itu sendiri secara personal. 


Oke kita kembali ke topik lagi, era sekarang ini banyak guru yang dilaporkan oleh wali muridnya dengan tudiangan kekerasan dengan berdalih pada pembenaran beberapa pasal perlindungan anak. Bahkan ada yang memanfaatkan kepentingan ini untuk meraup keuntungan, misalnya dalam tuntutan denda yang tidak logis. Baik tidak logis secara perbuatan guru maupun kondisi guru itu sendiri. Maksudnya tidak sesuai perbuatan guru adalah misalnya ketika guru melakukan pemukulan namun tidak ada luka yang berat dalam kenyaatannya dendanya tidak cukup sebagai ganti pengobatan saja namun juga untuk meraup keuntungan, bila dalihnya adalah untuk membuat jera, anda apakah berfikir bagaimana kalau guru ini mogok dalam mengajar.


Mungkin anda bisa beranggapan memindahkan anaknya disekolah lain, lalu bagaimana jika anda telah viral dalam dunia pendidikan, akibatnya anak anda dibacklist dari instansi pendidikan manapun, atau bahkan anak anda mendapatkan bullying dari temanya telah memiliki orangtua seperti anda. Jangan lupa guru memiliki solidaritas yang tinggi antar sesama guru lainnya apalagi guru honorer. 


Lalu, maksudnya tidak logis dari kondisi guru adalah bahwa guru tersebut honorer, bahkan gajinya dalam hidupnya saja tidak akan cukup. Sudah begitu diharusnya untuk membayar denda yang sedemikian besarnya, ini adalah suatu kejahatan moral yang amat dalam. Seharunya anda berfirkir sebagai orangtua untuk berfikir lebih dalam lagi tentang sebab akibat dari perlakuan guru terhadap anak anda. 


Dalam sebuah podcast antara Prof. Mahfud MD bersama Deddy Corbuizer di Channel Mahfud MD Official sempat disinggung terkait maraknya guru yang dipolisikan oleh walimurid karena dianggap kekerasan. Prof. Mahfud mengatakan cikal bakal pasal perlindungan anak tersebut sebenarnya ditujukan untuk kasus-kasus yang amat besar.  Sedangkan sekarang ini hukum sudah mulai di politisasi, kadang dibesar-besarkan demi balas dendam. 


Prof. Mahfud memilik pendapat  bahwa memang harus dikaji ulang. Saya pun demikian, bagi saya aparat penegak hukum harus selektif dalam konteks yang akan diperkarakan sehingga wali murid tidak mudah dikit-dikit melaporkan, tentu memang ada proses mediasi atau restorative justice, namun alangkah baiknya saat pelaporan itu ada kalanya laporan ditolak atau bagaimana sehingga muncul presepsi publik bahwa tidak semua kasus mentang-mentang harus berurusan dengan kepolisian, kejaksaan atau instansi terkait lainnya.


Peran Dinas Sosial, MGMP atau kelompuk guru, lembaga bantuan hukum pemerhati guru harus bersinergi mendesak birokasi dan tata prosedur dalam menyikapi kasus seperti ini. Sebab, yang mengerikan adalah ketika wali murid yang memiliki hegemoni dan dominasi tinggi atau bahkan kenal dengan pejabat melawan guru biasa yang sangat lugu maka ini adalah sesuatu yang jomplang bila tidak dibackup oleh seseorang yang mahir dibidang itu. Urgensitas Perda dan aturan secara rinci bahkan gambaran jelas batasan-batasan guru dikatakan melakukan kekerasan itu seperti apa, inilah yang harus dirumuskan untuk mudah diterjemahkan. 


Setelah ada prosedur yang jelas, tak perlu menafsirkan pasal yang masih holistik maka point-point itu tadi dilakukan sosialisasi masif bagi guru dan instansi pendidikan. Maka jelas, bila ada kasus A secara deskripsi A, dengan indikator A sehingga hukumannya itu A. Jangan hanya deskripsi atau pengertian yang masih general atau umum. 


Senin, 25 November 2024

Hari Guru nasional 2024 : Menilik Gagasan Apik Milik Rudolf Steiner, Waldorf Education


ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM : Hari ini tepat rasanya bila aku berbicara konteks pendidikan dengan mengangkat salah satu teori pendidikan milik salah satu pejuang pendidikan yang berasal dari Austria. Bukan mendewakannya lalu kemudian menganggap tokoh pendidikan asal indonesia rendah, bahkan saya sangat terinspirasi oleh Ki Hajar Dewantara dengan konsep 'Taman Siswa', rangga warsita dengan serat beliau, HOS Cokroaminoto yang melahirkan proklamator atau bahkan ulama besar seperti Mbah Kyai Soleh Darat yang mengahsilkan ibu Kartini. namun dengan adanya degradasi dunia pendidikan yang sekarang patut kuranya teori ini dilambungkan, untuk disebarkan menjadi virus prinsip pendidikan yang harus diketahui oleh banyak orang.


Disisi lain, konsepnya tentang dunia pendidikan sama sekali tidak bersebrangan dengan dunia pendidikan kita yanv ada diindonesia, tanpa berbelit dan bertele-tele akan aku ringkas hasil kajianku mengenai teori konsep beliau Rudolf Steiner tentang dunia pendidikan, budayakan baca sampai akhir biar tak salah faham, hehe. Ingat ya semua tulisan saya ini hanya copas dari beberapa beliau, dan kalau ada salah pemahaman saya busa dikoreksi, sebab saya ini membaca karya beliau, tidak dengan sinau langsung dengan beliau atau podcast secara face to face. 


Beliau bernama Rudolf Steiner seorang profesor ilmu Filsafat, epistimologi, esoterisisme yang dimana beliau berkiblat sekaligus berusaha menjelaskan hal-hal spiritual secara nasional yang akhirnya beliau mendapatkan julukan "Leader Theoshopy Cabang Jerman". Gagasan beliau ini berawal dari "Dunia ini bukan terkait apa yang kita fikirkan dan yang kita lihat" itulah kemudian yang mengilhami beliau sehingga metode pendidikan yang dicetuskan ini diikuti  atau diadopsi oleh 75 negara didunia, mungkin salahsatunya indonesia, meski hanya parsial. 


Perlu diketahui bahwa Waldorf adalah nama pabrik rokok, sebab diakhir masa tuanya, ketika dia menghabiskan waktu senjanya dia diitawari pengusaha besar rokok untuk membuat sekolah untuk anak-anaknya, sempat ada syarat dan transaksi pak Waldorf ini mau jika saya diizinkan saya berkreasi dalam sistem pendidikannya (berbeda dengan formal), singkat cerita tawaran sekaligus syarat atay usulan ini disetujui yang kemudian terkenal dengan Waldorf School Day Jerman. 


Alasannya simpel saja, beliau ingin keluar dari zona nyaman bahasa sekarang, Status Quo (biar berbeda) bahasa dahulu. Diumurnya yang kesekian fikiran beliau masih energik untuk memikirkan dunia pendudukan. Oiya beliau ini lahir pada tahun 1861-1925 dan wafat pada usia 64 tahun. Dalam ajarannya Rudolf Steiner menggagas Antroposophy dimana meyakini adanya dunia spiritual yang dapat dipahami oleh intelek manusia dan dapat diakses oleh manusia melalui pengalaman hidup batiniah. Antroposophy bermaksud mengembangkan mode pemahaman imajinatif, inspiratif dan intuisi dengan melatih cara-cara berpikir yang tidak terbelenggu pengalaman material.


Antrosofi adalah sebuah gerakan spiritual sains dimulai oleh steiner, paham ini tumbuh dan dikenal luas dan mempunyai pengikut diseluruh dunia. Dua komponen penti g antroposofi adalah oneness with the world (kesatuan dengan dunia) dan search for self (pencarian diri). Steiner menekankan pentingnya setiap individu mengembangkan kemampuannya dalam berbagai bidang, untuk meraih 'keseluruhan'. 


MAKNA ANTROPOSOPHY

Artinya dalam kerangka holistik gagasan utama antroposophy antara lain 

Spiritual knowledge & freedom

Bukan kebebasan melakukan apa namun kebebasan dari apa. Termasuk bebas dari dirimu dan fikiran, memisahkan diri dari diri kita. Dikritik orang gaakan marah, karena gagasanmu bukan dari dirimu. Termasuk dari hasrat, ambisi, nafsu dll. 


Nature of human being

Sifat-sifat sejati manusia

Evolusion/ emanation


Kita sama-sana keturunan adam, kita sama-sama milik allah dan akan kembali kepada allah

Darwin : monyet-manusia

Evolusi islam : allah-manusia(alam)-allah


Ethics

Dunai diluar panca indra dan akal untuk menempuhnya salahsatunya dengan etika, yaitu tata laku batin kalau dalam agama nama lainnya adalah akhlak. Kalau tata laku lahir disebut ibadah. 


Pendidikan Holistik

Pendidikan holistik adalah suatu metode pendidikan yang membangun manusia secara keseluruhan dan utuh dengan mengembangkan semua potensi manusia yang menyangkup potensi sosial-emosi, potensi intelektual, potensi moral atau karakter, kreatifitas dan spiritual. Pasti metode ini tujuannya untuk meningkatkan semua potensi manusia yang telah ada meskipun nanti positifistik. 


Ciri Kurikulum Pendidikan Holistik #1

  1. Menyadarkan setiap sesorang tentang kualitas, kapasitas dan keunikan sesorang 

Setiap orang harus disadarkan bahwa dirinya hebat, punya potensi, siappun yang nanti menjadi guru jangan sampai mematahkan hati muridnya. Kalau ada murid yang tidak berkembang jangan-jangan guru atau lembaganya. 


  1. Membuat kurikulum yang dilatih tidak hanya untuk berfikir linier namun juga intuitif, nurani dan insting dikelola semua. Jangan hanya mendayagunakan panca indra dan mengembangakan sains tapi juga cerdas secara emosional, cerdas secara sosial dan cerdas secara spiritual. 
  2. Pembelajaran berkewajiban menumbuhkembangkan potensi kecerdasan jamak (multiple intelegences)
  3. Harus menyadarkan siswa tentang keterkaitan dengan komunitasnya, sehingga mereka tak boleh mengabaikan tradisi, budaya, kerjasama hubungan manusiawi atau sosial.
  4. Mengajak siswa untuk menyadari hubungan dengan bumi dan 'masyarakat' non manusia seperti hewan, tumbuhan, dan benda benda tak bernyawa (air, udara, tanah) sehingga mereka memiliki kesadaran ekologis. 


Ciri Kurikulum Pendidikan Holistik #2

  1. Memperhatikan hubungan antar berbagai pokok bahasan dalam tingkatkan trans-disipliner, sehingga hal itu akan lebih memberi makna kepada siswa (yang paham agama harus paham ilmu matematika (ilmu faraid, waris)), kita butuh ilmu yang lain, jangan sempit. 
  2. Menyeimbangkan antara belajar individual dengan kelompok (kooperatif, kolaboratif, antara isi dengan proses, antara pengetahuan dengan imajinasi, antara rasional dengan intuisi, andafa kuantitatif dengan kualitatif. (Untuk melatih kehidupan sosial) 
  3. Pembelajaran adalah sesuatu yang tumbuh, menemukan dan memperluas cakrawala (sifatnya long life, dan evolutif (orang itu bertambah ilmunya berubah hidupnya)), mungkin tidak sempurna, namun setidaknya selelu lebih baik. 
  4. Pembelajaran adalah sebuahb proses kreatif dan artistik. 


Prinsip Pendidikan Holistik

Keterhubungan (Connectedness)

Dimaksudkan bahwa pendidikan hendaknya selalu dihubungkan dengan lingkungan fisik, lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya.


Keterbukaan (inclusion)

Keterbukaan, dimaksudkan bahwa pendidika  hendaknga menjangakau semua anak tanpa kecuali. Semua anak hakikatnya berhak memperoleh pendidikan. 


Keseimbangan (balance)

Dimaksudkan bahwa mendidika  hendaknya mampu mengembangak ranah pengetahyan, sikap dan keterampilan secara seimbang. Termasuk simbang dalam kemampuan intelektual, emosional, phisik, sosial, estetika dan spiritual. 


"Terimalah anak-anakmu dengan penghargaan, didiklah mereka dengan cinta kasih dan lepaskan mereka ke masadepan dengan kebebasan".


Pendidikan publik atau formal banyak yang terjebak karena tuntutan


"Yakinkan bahwa pendidikan adalah seni, dia harus berhubungan, berbicara kepada pengalaman anak-anak, untuk mendidik keutuhan anak. Keutuhan itu adalah hatinya dan keinginannya harus direngkuh termasuk keinginanya". 


Kenapa banyak orangtua marah-marah sebab orangtua ingin anaknya paham maksudnya, sedangkan tidak bisa demikian. 


Asumsi

Manusia terdiri dari 3 dimensi yaitu raga (fisik), jiwa (mental dan intektual) dan ruh (spiritual) serta 3 tahap perkembangan. 


  • 0-7 Tahun: Fokus Mengembangkan kapasitas fisik anak (Pendidikan untuk tangan)_ dalam perkembangan dan belajarnya cenderung
    Meniru, maka berikanlah contoh dan hal yang Baik (Good)
  • 7-12 Tahun: Fokus Mengolah kehidupan emosional anak (Pendidikan untuk hati)_ sudah berfikir abstrak dan Imajinasi-nya sangat berkembang, maka berikanlah dan tunjukkanlah hal yang Indah (Beauty).
  • 12-21 Tahun: Fokus Mendidik kehidupan intelektual (Pendidikan untuk otak)_ sudah berfikir kritis, di masa in perkembangan Judgement-nya sangat penting dan menonjol, maka berikan dan tunjukkan
    Kebenaran (Truth).


HIGHER SENSES & LOWER SENSES

  • 12 senses pada individu yang saling berkaitan dan harus dioptimalkan perkembangannya: touch; movement; balance; smell; taste; sight;
  • hearing; word; warmth; life; thought; dan ego.
  • 12 Senses dibagi dua: lower senses dan higher senses, lower senses yang optimal dan stimulasi akan juga mengoptimalkan higher senses-nya.
  • Mengapa ada anak yang cuek dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya (lack sense of warmth)? Mungkin itu terjadi karena lower sense hear dan word-nya kurang optimal. Bisa jadi saat kecil, dia tidak terbiasa mendengar sapaan yang baik atau tidak terbiasa menyapa dan bercerita tentang diri dan lingkungannya.
    Itulah mengapa timbul lack sense of warmth.


DASAR-DASAR PENDIDIKAN 

  • Ilmu pengetahuan, seni, dan spiritual adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan.
    .• Pendidikan dilakukan tidak hanya berfokus pada kepala (intelegensia) saja, namun juga melibatkan tangan dan hati. Oleh karena itu membuat karya seni dan kerajinan, menceritakan kisah-kisah yang indah, drama, dan musik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan Waldorf.
  • Anak harus dihargai sebagai manusia yang memiliki kebebasan sesuai dengan perkembangan usianya. Anak-anak mengikuti kegiatan yang disesuaikan dengan perkembangan usianya.
  • Misalnya, anak usia taman kanak-kanak TIDAK diajari membaca dan menulis, namun para guru lebih mempersiapkan fisik anak agar nantinya mereka dapat fokus dalam rentang waktu yang diperlukan ketika membaca dan menulis (cukup banyak anak-anak usia SD sekarang in yang tidak dapat duduk diam dan fokus ketika membaca dan menulis bukan?)
  • Proses yang dilalui anak jauh lebih penting ketimbang hasil instant yang seringkali membuat anak kita "menguasai" suatu hal padahal mereka belum siap melakukannya.


"Apa yang dilihat sesorang, apa yang dialami dilingkungannya dilingkungkannya akan jadi kekuatan dalam dirinya, sesuai dengan hal itu dia akan membentuk dirinya" 


Apakah yang kita alami, itulah yang membentuk kita, maka hati-hatilah dengan apa yang kita lihat yang kita alami dan lingkungan kita sebab itulah yang akan membentuk dirikita. 


Pembagian Ideal Jam Sekolah :

  1. Jam Awal sekolah : Mengolah Akal (intelektual)
  2. Jam tengah hari : mengolah hati (cerita, musik drama)
  3. Jam akhir sekolah : melatih tangan (kegiatan fisik dan praktek)


Kurikulum Waldorf Education #1

• Kurikulum Waldrof dibuat untuk mendidik anak secara keseluruhan: "kepala, hati, dan tangan".

  • Memelihara Anak dan Mendorong Perkembangan secara Holistik
  • Perkembangan sosial dipicu dan dilatih melalui permainan imajinatif.
  • Perkembangan emosional dalam hubungan dekat yang dikembangkan setiap anak dengan guru, dan memalui persahabatan yang dibangun anak dengan teman sebaya.
  • Perkembangan moral-spiritual dibantu berkembang melalui guru kepada anak-anak, alam, materi didalam kelas, dan makanan kecil yang dinikmati. Abak anak perlu bagaimana mengambil keputusan yang baik.
  • Perkembangan fisik dipelihara melalui gerakan. Anak-anak sangat aktif, dan guru mendukung keaktifan in.
  • Perkembangan kecerdasan bukan berasal dari pengajaran langsung, tetapi melalui penemuan dan peniruan yang diatur sendiri oleh anak


Kurikulum Waldorf Education #2


  • Menggabungkan Berbagai Jenis Disiplin limu
  • Guru Waldrof selalu mengajar matematika, sains, kesusastran, kesenian, dan sebagainya sebagai dari sat kesatuan yang teratur. Landasan bagi kemampuan membaca, menulis dan berhitung, misalnya diletakkan melalui pengalaman setiap hari seperti pertunjukkan boneka dan menata meja untuk saat makan makanan kecil.
  • Mempertahankan Keteguhan Kecerdasan
  • Karena anak-anak meniru tindakan orang disekitar mereka, guru harus melakukan tindakan yang pantas ditiru. Guru mencontohkan tugas sehari-hari yang diperlukan dalam merawat sekolah dan rumah, termasuk memperbaiki dan membersihkan, memasak dan mencuci. Semua ini adalah tugas-tugas yang berharga dan bertujuan yang pantas ditiru
  • Merangkul Perbedaan
  • Pendidikan Waldrof bisa dipandang sebagai sebuar program multikultur contoh karena dengan mudah mengadaptasi budaya masyarakat yang beragam, merangkul perbedaan dan menciptakan kesinambungan yang mengasihi.


Kurikulum Waldorf Education #3


  • Menyediakan Lingkungan yang Respontif
  • Guru dituntut menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan responsif. Materi yang mengundang tangan dan pikiran tangan anak-anak Untuk menyentuh, mengolah, membuat dan berimajinasi. Mereka belajar bahwa ada kemungkinan yang tak terbatas, bukannya belajar bahwa ada satu cara yang benar untuk melakukansesuatu.
  • Belajar dengan Melakukan
  • Guru Waldorf mendorong anak-anak untuk menemukan sendiri. Saat anak-anak memilih untuk terlibat dalam imitasi atau permainan, mereka akan melakukan dengan sepenuh hati dan memperoleh jauh lebih banyak dari pada bila mereka dipujuk untuk melakukannva
  •  Tanggungjawab dan Regulasi Diri•Dengan memilih, anak-anak mulai melatih pengendalian mereka sendiri. Agar ini terjadi, anak perlu waktu, rang dan kesempatan yang cukup untuk berlatih membuat pilihan dan menggunakan kemandirian dan saling ketergantungan dibawah pengawasan seksama dan bimbingan orang dewasa


Penilaian Pembelajaran

  • Guru Waldrof sangat menyadari kemajuan perkembangan siswa mereka secara perorangan. Guru menunjukkan kesabaran, memandang pendidikan sebagai proses yang panjang.
  • Guru Waldrof mengumpulkan informasi tentang perkembangan dan pembelajaran setiap siswa, tapi secara bijaksana agar tidak membuat anak tertekan.
  • Setelah dikumpulkan dari berbagai sumber dan situasi, guru tidak menggunakan data penilaian untuk menilai atau mengukur siswa, tapi hanya untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang anak agar bisa memfasilitasi perkembangan dan pembelajaran dikelas dengan baik.
  • Metode in membiarkan guru secara kreatif mengunggkapkan beberapa sifat yang la amati dalam diri siswanya dan mendorong perkembangan aspek karakter mereka yang lain. Jenis penilaian seperti in berfungsi untuk memberikan informasi pendidikan penting dengan cara yang bermakna sambil mendorong keintiman pribadi antara guru dan siswa.


Pengembangan Kreasi dan Imajinasi

  • Contoh: adalah boneka-boneka yang dijadikan mainan ataupun alat bantu story telling. Untuk anak usia tertentu, boneka-boneka in tidak diberi mata, telinga, hidung, dan mulut. Salah satu tujuannya adalah agar anak memiliki imajinasi sendiri berkaitan dengan ekspresi boneka ini. Anak bisa membayangkan boneka tersebut sedang tersenyum, tertawa, marah, senang, sedih atau apa saja sesuai dengan imajinasi anak.
  • Contoh: sampai dengan anak umur sekitar 6 - 7 tahun, kegiatan menggambar yang diberikan adalah berupa painting dengan menggunakan cat air dan kertas yang telah dibasahi (wet on wet painting). Anak diberi kebebasan untuk menyapukan kuas dan bukan menggambar suatu bentuk, apalagi menggambar sesuatu berdasarkan contoh dari gurunya. Warna yang dipergunakanpun hanyalah tiga warna yaitu merah, biru, dan kuning. Anak dapat mencampur warna untuk menghasilkan warna-warna lain yang dinginkan.


Pendidikan itu hendaknya mengolah kebutuhan akan imajinasi, peserta didik punya rasa kecenderungan pada kebenaran dan tanggungjawab. Kreatif, berpegang terhadap nilai dan bertanggungjawab atas hidupnya. 


Untuk kamu kenal dunia, lihatlah kedalam dirimu, dan untuk kenal dirimu perhatikanlah dunia sekelilingmu. Kalau dalam bahasa hawa adalah prinsip cakra manggilingan, maka belajar itu tentang apa saja tidak terbatas. 


Dunia itu multi dimensi, jangan hanya terbatas pada akal dan panca indra, alat kita juga banyak dan lengkap. Kalau kita hanya memakai akal dan panca indra. Akhirnya realistas yang hanya kita akses hanya realitas rasional dan realitas fisik. Padahal ada dunia yang lain yang untuk mengkasesnya tidak bisa hanya pakai akses fisik dan akal, misalnya dimensi insting. 


Kunci hidup kita bernilai dan bahagia adalah 

  1. Lihatlah dan tirulah anak-anak

Anak-anak itu hidupnya murni, kadang-kadang konflik tapi seketika bisa rekonsiliasi, habis nangis lalu ketawa itu tidak masalah, setelah tawuran besoknya janjian ngopi. Kalau orangtua tidak bisa, masalah perbedaan pilihan pemilu bisa bertahun-tahun. 

  1. Tenangkan, bersihkan fikiran karena kunci kententraman hidup ada pada fikiran, jinakkan pikiran jelekmu. 
  2. Ikuti intuisimu 

Akan bisa tertipu tetapi tidak dengan intuisi, akal tidak bisa menentukan antara yang baik dengan yang baik namun intuisi bisa menentukan terbaik diantara yang baik dan paling benar diantara yang benar. 

  1. Lakukan apapun, mungkin kamu kesulitan baik buruknya dimana, yang penting menurutmu bahwa yang kamu lalukan itu pantes ditiru oleh orang lain, itu berarti baik. 


"Sebagian besar tindakanmu itu, bukan inisiatifmu tapi dari situasi lingkunganmu. Kasih waktu untuk dirimu sedikit saja untuk melakukan tindakan sesuai dengan keinginanmu yang murni, selama ini dirimu disetir oleh institusi atau apapun yang menghegemonimu"


Guru yang baik adalah guru yang juga murid

"Engkau tidak akan menjadi guru yang baik, kalau engkau hanya fokus pada yang kamu lalukan dan tidak pada siapa dirimu, guru yang baik adalah guru yang juga selalu memgupgrade dirinya, bukan guru yang merasa sudah tahu kemudian tinggal memberikan kepada muridnya" 


"Kalau kita tidak percaya, ada sesuatu yang lebih tinggi dari diri kita, maka level kita juga tidak akan naik lebih tinggi"


"Semoga jiwaku, bersemikan cinta untuk semua makhluk" 


Semua konsep diatas dasarnya adalah cinta. 


Senin, 23 September 2024

Pikiran Liar : Apakah Carut-Marut Berkepanjangan Negara Ini Karena Sumpah Serapah Mpu Gandring

 


ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM : Asmara, konflik, kudeta hampir terjadi dalam setiap pergolakan politik, bahkan sejak zaman kerajaan. Paling terkenal hingga memakan korban sampai adu darah saudara adalah yang terjadi di zaman Ken Arok. Zaman kerajaan Tumapel yang dikenal dengan kerajaan Singasari, mencipta kisah asmara berujung malapetaka, melibatkan Ken Arok, Ken Dedes, Mpu Gandring dan Tunggul Ametung serta Kebo Ijo. Meski sangat menarik untuk terus didiskusikan, kisah cinta segitiga itu tidak akan kami ulas lagipa, bukan karenatelah sering kita dengarkan akan tetapi ada yang tersembunyi yang jarang disentuh orang membincangkan asmara di kerajaan Singasari ini.

Pada kesempatan ini sengaja kami akan berfikir, menganalisis, menduga dan berprasangka tentang sumpah serapah yang pernah dilontarkan oleh Mpu Gandring saat mati oleh kerisnya sendiri yaitu keris Lecut Singasari. Ini bukan untuk memlintir sejarah ataupun menimbulkan gejolak tidak baik. Betapapun itu tujuannya adalah untuk mawas diri agar kita semakin bijak dalam bertindak sebagai generasi penerus dari para nenek moyang kita terdahulu.

Setelah Mpu Gandring terbunuh ditangan Ken Arok oleh keris yang dibuatnya sendiri, bersama dengan itu diakhir nafasnya Mpu Gandring mengucapkan serapahnya. Kita tahu orang dahulu memiliki previledge tersendiri ketika mengucap sesuatu akan menjadi kenyataan.

Sumpah serapah saat ini kurang lebih seperti ini "Arok yang membunuh saya, juga akan terbunuh oleh keris itu kelak!. Anak cucumu akan mati terbunuh oleh keris itu". Ntah secara diksi benar seperti itu atau tidak point yang jelas tertangkap semua anak keturunan anak mati juga.

Tafsiran pertama, yang dimaksud dengan anak cucu disini dibanyak penafsiran mungkin darah keturunan dari Ken Arok, namun agar kita menjadi seseorang yang selamat alangkah kita itu kita proyeksikan pula untuk diri kita. Secara kita juga bisa dikatakan anak cucu jika dilihat dari generasi. 

Penafsiran kedua, mari kita menerjemahkan mati yang dimaksud pada kalimat itu apakah mati secara biologis atau timbulnya kekacauan yang membuat kehidupan manusia kecau-balau. Sebab mati adalah diksi yang masih holistik, segala kemungkinan bisa terjadi dizaman ini, bisa mati moral, mati etika, mati ilmu dan lainnya. Tentunya dengan munculnya kematian itu semua akan menimbulkan gejolak dan kekisruhan dimasyarakat, bangsa dan negara.

Akhir-akhir ini kita dihadapkan dengan kebingungan yang teramat mendalam tentang kondisi bangsa ini, baik dari sisi politiknya, sisi sosial masyarakat bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Problem ini muncul tanpa adanya ujung yang jelas, semakin lama bahkan semakin memburuk, inilah kemudian yang ditakutkan merupakan akibat daru sumpah serapah yang telah diucapkan oleh Mpu Gandring.

Mahasiswa PLB Universitas Negeri Malang Tanamkan Nilai Anti Korupsi Sejak Dini di SDN Lowokwaru 5

  MALANG | JATIMSATUNEWS.COM :  Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Malang melaksanakan kegiatan Sosialis...