Langsung ke konten utama

Wedangan Rindu Kenangan, Kisah yang Mengalir Lewat Seni di Pameran ArtSura

 

Lukisan Bergaya Ekspresionisme dan Kontemporer di Pameran Artsura

SURAKARTA | JATIMSATUNEWS.COM : Suasana di Taman Balekambang, kota Surakarta terasa berbeda dari biasanya. Bukan hanya rimbunnya pepohonan atau sejuknya udara yang menjadi daya tarik, tetapi ratusan karya seni yang tertata rapi menyapa setiap langkah pengunjung. Inilah ArtSura, sebuah pameran seni yang digelar pada 21 hingga 29 Juni 2025, mengangkat tema yang begitu lekat dengan budaya Solo: Wedangan Rindu Kenangan.

Lebih dari sekadar pameran, ArtSura menjadi ruang bertemu bagi para seniman, karya, dan masyarakat. Mengusung semangat kolektif, ArtSura menghadirkan lebih dari 200 karya seni mulai dari lukisan, patung, hingga digital art hasil cipta dari berbagai seniman lokal dan nasional.

Fauziadila Ramadhani, salah satu panitia ArtSura menuturkan tema kegiatan ini yang teridentik dengan Solo yaitu angkringan atau wedangan.

“Tema Wedangan Rindu Kenangan kami ambil karena angkringan atau wedangan itu sangat identik dengan Solo. Di sana ada cerita, ada rindu, ada obrolan yang membekas. Dari situ muncul ide menjadikan wedangan sebagai simbol memori dan ekspresi dalam karya seni,” ujarnya saat ditemui di sela-sela acara.

Selain karya dari galeri dan seniman, ArtSura juga membuka ruang lewat sistem open call submission, yang memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk turut berpartisipasi menampilkan karya. Menariknya, meski ArtSura baru pertama kali digelar tahun ini, respons dari masyarakat sangat menggembirakan. Terdapat 300-500 pengunjung setiap harinya. Mulai dari kalangan keluarga, pelajar juga wisatawan yang tak sengaja datang.

“Setiap harinya pengunjung bisa mencapai 300 sampai 500 orang, dan itu di luar ekspektasi kami. Banyak keluarga, pelajar, bahkan wisatawan yang sengaja datang hanya untuk menikmati pameran ini,” tambah Fauzia.

Kedepan, panitia berharap ArtSura bisa menjadi agenda tahunan dan tumbuh menjadi platform seni berskala lebih besar.

“Kami ingin ArtSura menjadi ruang ekspresi yang terbuka dan berkelanjutan. Tidak hanya untuk seniman Solo, tapi juga untuk seluruh Indonesia,” tutup Fauzia.

Salah satu seniman yang memamerkan karyanya di ArtSura adalah Mardoni Dwi Pamungkas. Ia menghadirkan sebuah patung berjudul “Titik Kendali”, yang terinspirasi dari pengalaman personalnya. Karya tersebut divisualkan dengan elemen kaki, otak, dan batang sebagai simbol perjalanan hidup.

“Kaki itu metafora perjalanan, otak menyimpan semua kenangan, dan batang itu kendali. Dalam hidup pasti ada memori yang melekat, dan kita perlu pegangan untuk tetap berjalan,” ujar Mardoni.

Mardoni mengaku bangga bisa ikut serta di pameran ini, ia juga mengungkapkan harapan yang mendalam agar pameran ini bisa tumbuh untuk bisa mengangkat seni rupa ke ruang publik.

“Senang sekali karya saya bisa tampil. Harapannya ruang seperti ini bisa terus tumbuh, apalagi seni rupa karna menurut saya masih minim ruang publik untuk berkarya.” Terang Mardoni.

Tak hanya dari sisi seniman, suara pengunjung juga menambah warna dalam pameran ini. Salah satunya adalah Ahmad Zamri, mahasiswa asal Solo yang pertama kali hadir dalam acara ini namun merasakan suasana keseruan yang luar biasa.

“Ini pertama kalinya saya datang ke pameran seni seperti ini, dan ternyata seru banget. Banyak karya yang bikin saya berhenti lama,” ucap Zamri. 

Ia menyebut salah satu karya yang paling menarik perhatiannya adalah “Wonderland#2” karya Zulfian Hariyadi, yang bisa membawa ia nostalgia, beragam harapan juga muncul darinya agar lameran serupa sering digelar, agar masyarakak dekat dengan seni. 

“Lukisan itu mirip banget sama lukisan di rumah lama saya. Bikin nostalgia. Harusnya acara kayak gini lebih sering, biar masyarakat juga makin akrab sama seni. Kalau ada lagi, saya pasti datang.” Tutur Zamri.

ArtSura tak sekadar pameran, tapi juga ruang berkumpul bagi kenangan, visual, dan ekspresi jiwa. Pameran ini menjembatani dialog antara seniman dan masyarakat, dan menciptakan ruang bagi generasi muda untuk memahami bahwa seni bukan hanya tentang keindahan, tapi juga tentang cerita. Dan siapa sangka, dari sebuah “wedangan kenangan”, lahirlah momen-momen yang tak terlupakan di tengah kota budaya ini.

 

Oleh: Zahra Atika Zulfa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seni Santri dalam berliterasi | Spesial Maulid Nabi dan Hari Santri

Forum diskusi santri Sementara ini literasi kerap berdomisili pada dunia perguruan tinggi, seolah santri tak ada tendensi untuk ikut menggali dan berpartisipasi. argumen literasi nyaris dilontarkan oleh para pejuang literasi untuk membumikan budaya literasi untuk kaum santri, tak heran itu semua dilakukan untuk menjembatani untuk sama-sama mewujudkan cita-cita bangsa untuk meningkatkan kapasitas insani. Momentum hari santri dan maulid nabi seyogyanya sudah menjadi barometer prestasi santri dikancah publik, beberapa fakta telah dihadirkan seharusnya menjadi energi terbarukan bagi santri, seperti munculnya gus menteri agama yang menguasai panggung demokrasi. Tak hanya itu, posisi-posisi strategis baik negarawan maupun ilmuan juga telah diisi oleh alumni santri yang terkadang enggan memutus rantai gelarnya sebagai santri. Pada era distrupsi ini, kehadiran santri sangat dinantikan. Santri yang memiliki jiwa dan mental kuat untuk menyongsong negeri ini menjadikan santri harus bangga dengan ...

Jelita Lestari, Jurnal Online Optimalisasi Pembimbingan Guru Pamong dan Mahasiswa PPG

  MALANG | JATIMSATUNEWS.COM :  Dalam upaya untuk terusmeningkatkan kualitas pembimbingan dan pelaksanaanPraktik Pengalaman Lapangan (PPL) di Program Pendidikan Profesi Guru (PPG), Universitas Negeri Malang (UM)memperkenalkan sebuah inovasi terbaru berupa platform jurnal online berbasis lesson study dengan nama “JelitaLestari”. Platform ini dikembangkan khusus untukmemfasilitasi guru pamong dan mahasiswa dalam proses refleksi pembelajaran dan dokumentasi bimbingan yang lebihsistematis. Website Jelita Lestari dirancang sebagai sarana bagi guru pamong untuk merekam, memantau, serta mengevaluasipembelajaran yang dilaksanakan oleh mahasiswa PPG di lapangan. Platform ini juga menyediakan ruang bagi guru pamong untuk menuliskan hasil lesson study mereka dalambentuk artikel ilmiah, yang nantinya dapat dipublikasikan. Dengan adanya platform ini, diharapkan akan terjadipeningkatan kualitas pembimbingan, yang pada akhirnyaberdampak positif pada kemampuan pedagogis mahasiswacalon guru. "...

Menyala! Siswa Kelas 9B SMP Ibnu Rusyd Dampit Tampilkan Tarian Khas Lombok Damar Mesunar pada Malam Puncak Gelar Budaya Nusantara P5

  MALANG | JATINSATUNEWS.COM :  Melalui pertunjukan tari siswa kelas 9B SMP Ibnu Rusdy Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum Al-Manaf Dampit berkreasi dengan bebas. Nyatanya kreasi mereka harus diakui oleh kedua jempol tangan karena berhasil menyita perhatian para pengunjung panggung pertunjukan dengan seni tari yang dibawakan.  Lengkap dengan segala aksesoris yang melekat pada tubuh penari, gerakan tarian serta ekspresi yang dikeluarkan oleh mimik wajah menambah watak dan karakter semakin hidup. Pencahayaan yang dipilih serta musik pengiring juga telah menambah kuat pesan moral yang ingij disampaikan oleh penari kepada penonton.  Tari Damar Mesunar adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tarian ini menggambarkan kehidupan masyarakat yang sarat akan semangat gotong royong, persatuan, dan kekuatan alam. “Damar” merujuk pada lampu atau pelita, sedangkan “Mesunar” dalam bahasa Sasak berarti menyala atau bersinar. Melalui simb...