![]() |
Sejuk |
Banyak sudah teori yang menjelaskan allah swt itu adalah maha suci, namun sekarang bukan untuk membahas teori yang sudah kuat atau bahkan sudah teruji karena dicetuskan oleh ulama’ masyhur. Catatan ini lebih berfungsi sebagai sarana menyimpan memori atau bukti bahwa diri ini pernah berfikir, meskipun diri ini kadang berifikir tanpa batas selayaknya berfikir, atau melebihi kerangka dalam berfikir.
Berbicara mengenai ‘maha’ suci, pada dasarnya tidak perlu pembuktian, karena adanya sifat suci atau kata suci itu sendiri berasal dari sang pemberi kesucian itu sendiri, yaitu ‘maha’ suci. Kesucian itu bukan hanya terbebas dari najis namun dalam semua urusan kontens kehidupan, bahkan ini dipredisikan kata ‘suci’ yang sebenarnya boleh jadi bukan hanya makna sempit yang selama ini kita definisikan sendiri, boleh jadi suci dalam konteks aslinya lebih mengagumkan dan tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, yang terpenting kita sebagai manusia selalu ingat koidah kalimat “subhanallah wal hamdulilillah”.
Masih berputar pada filosofi jari, sebelumnya kita telah membahas mengenai semua jari yang ada pada telapak tangan, namun lagi-lagi semua itu bisa menjadi berkembang. Terdapat banyak rahasia-rahasia yang bisa diterjemahkan menjadi filosofi yang mengandung ‘pitutur luhur’ atau nasehat-nasihat kebaikan. Untuk itu kita awali lagi pembuktian ini dengan analogi yang sederhana agar akal bisa kita bisa menjangkaunya, namun tidak keluar dari konteks, sehingga tujuan dalam menggali filosofi itu tercapai yaitu semata-mata hanya untuk meningkatkan kualitas diri kita kepada tuhan atau Allah swt.
Pada kesempatan ini, bisa memulai dengan menganalogikan jari jempol. Jari jempol merupakan tokoh utama dalam memfungsikan semua jari, tanpa jari jempol atau bahkan kelebihan jari jempol maka fungsi telapak tanganpun tidak bisa berfungsi dengan sempurna. Bagi anda yang diberika kelebihan atau tidak memiliki jari jempol itu merupakan kuasa takdir Allah yang sangat indah, namun dengan takdir itu, bersama itu pasti Allah swt juga menghadirkan kelebihan untuk beradaptasi dengan keadaan sehingga fungsi dari telapak tangan bisa sempurna seperti tetap memiliki jari jempol yang utuh, kelebihan itu bisa melalui adaptasi (sensorik) yang langsung bisa menggantikan fungsi dari jari jempol itu, atau bahkan kelebihan yang lain untuk dapat menutupi kekurangan tersebut, seperti kecerdasan, kekuatan fisik atau yang lainnya.
Fakta yang unik dari jari jempol itu ketika kita membersihkan hidung, maka lazim jari jempol itu tidak bisa digunakan dengan baik, padahal keempat jari lainnya bisa. Hal ini menandakan sifat analogi yang pada jari jempol tidak bisa digunakan untuk hal yang kotor, hal ini bisa disimpulkan Allah swt suci secara harfiah dan fungsinya, walaupun ini pemikiran yang dangkal namun setidaknya analogi singkat ini bisa diterima di semua kalangan.
Kedua, ketika kita melakukan istinja’ jar jempol tidak ikut andil dalam kegiatan itu, maknanya juga sama dengan fakta yang berada diatas. Namun, ada koidah lain, yaitu tuhan akan selalu melihat atau bersama kita walaupun ditempat yang tersembunyi sekalipun, tuhan akan tetap bersama kita meskipun dalam keadaan melakukan hal yang kotor maupun tidak, dalam keadaan berbuat baik atau buruk, Allah swt selalu memantau kita.
Semoga tulisan yang singkat dan ‘ngawur’ itu bisa membuat hati kita terbuka dan menambah rasa keimanan kita kepada tuhan atau Allah swt.
Waallahu a’lam bisshawab
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih telah berkontribusi, selalu ikuti kami melalui sebuah tulisan