Jangan Terbuai Oleh yang Nampak |
Selain alasan diatas, ada juga alasan yang menyebutkan dari segi religi, arab merupakan negara yang ditakdirkan oleh tuhan dalam ini Allah swt menjadi negara yang makmur setelah kehadiran sang kekasihnya, yaitu nabi Muhammad saw sebagai rahmatal lil alamin, namun pendapat ini lebih mengarah kepada doktrin yang sulit dinalar, karena sebuah nash yang datang dari tuhan hendaknya, pemeluk atau umatnya harus mempercayai mengenai fakta yang telah disebutkan itu.
Diskusi mengenai fakta ini menarik jika dibahas pada malam hari sehingga menghasilkan, teori atau anggapan, juga bisa disebut filosofi atau filsafat yang dapat kita renungkan. Pada persoalan dan fakta ini saya mencoba mendiskusikan dengan cara mengurai dari variabel manusia dan tingkah laku manusia itu sendiri, karena saya yakin apapun yang diperbuat manusia akan kembali kepada manusia itu sendiri atau bahkan bisa berdampak bagi lingkungan yang ada dilingkungan sekitar manusia itu berpijak.
Kami menemukan alasan bahwa, negara arab dengan kesibukan mengurusi hal yang tidak tampak yaitu qolbu atau hati, sehingga setiap saat hal yang dikerjangan tidak (perlu) ditampakkan, baik kepada sesame manusia atau bahkan selain manusia, akhirnya allah menakdirkan sesuatu yang tidak tampak, apa buktinya, negara arab memiliki kekayaan yang tidak tampak yaitu minyak dan gas, dan beberapa referensi menyebutkan gunung emas yang tersembunyi dibawah sungai dan gunung yang ada di arab.
Berbeda dengan Indonesia, kebanyakan manusianya mengurusi hal yang tampak, seperti urusan dunawi, jarang mengurusi hal yang sifatnya tidak dampak yaitu qolbu, akhirnya terlalu mengurusi yang tampak, akhirnya yang terlihat tampakmalah tidak diperlihatkan, Indonesia terkenal dan terk=lihat sebagai negara dengan penghasil minyak goreng tertinggi didunia, namun belakangan mengalami kekurangan minyak goreng, itu hanyalah salah satu analogi yang pengukurannya terkadang kurang akurat dan valid. Namun ini hanya refleksi untuk kita sebagai reminder agar selalu meningkatkan dalam mengurus kualitas hati sebagai sarana meningkatkan keimanan da ketaqwaan kepada Allah swt.
Itulah, filosofi dan refleksi mengenai fenomena yang ada, bukan untuk saling menjatuhkan, namun sebagai refleksi untuk diri kita agar bisa melakukan perbaikan diri. Bahkan tidak menutup keungkinan nanti setiap kepala memiliki pemikiran tersendiri untuk menerjemahkan fenomena yang ada, perbedaan hanyalah wajar, kadang prefpektif bukan tentang salah dan benar, namun juga terkadang antara benar dan benar, sehingga perlu kapan menggunakan kebenaran itu, bisa digunakan secara bersamaan atau bahkan tidak bisa digunakan sama sekali meskipun itu adalah kebenaran. Semoga kita termasuk orang yang selamat.
Wallahu a’lam bisshawab
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih telah berkontribusi, selalu ikuti kami melalui sebuah tulisan