Oleh : Nur Hamid Abdissalam
Sebelum membahas lebih lanjut, baiknya perlu diketahui terlebih dahulu apa itu Thoriqoh. Thoriqoh atau yang sering disebut dengan tarekat secara bahasa adalah jalan atau cara menuju Tuhan semesta alam. Dikutip dari kitab Kifayatul Atqiya’ Thoriqoh adalah menjalankan sesuatu dengan hati-hati. Di Indonesia ada banyak sekali aliran thoriqoh bahkan sampai hitungan ratusan. Namun dari banyaknya thoriqoh, NU sebagai ormas terbesar di Indonesia atau bahkan dunia mengatakan ada kurang lebih 45 thoriqoh yang Mu’tabaroh atau terstandar.
Masih sering dijumpai persepsi keliru masyarakat tentang thoriqoh, yaitu keyakinan mereka jika sudah di jalur thoriqoh tidak perlu lagi menjalankan syariat. Ini merupakan persepsi yang sangat keliru. Disebutkan di kitab Kifayatul Atqiya’ perumpamaan syariat itu seperti kapal, thoriqoh itu seperti lautan, dan haqiqoh atau yang sering disebut dengan hakekat itu seperti mutiara. Bagaimana mungkin seseorang bisa mengarungi lautan yang begitu luas tanpa menggunakan kapal. Alih-alih mendapatkan mutiara seorang tersebut malah akan mencelakakan dirinya jika mengarungi lautan tanpa kapal. Ibarat lain syariat itu seperti pondasi rumah sedangkan thoriqoh adalah tiangnya sedangkan hakekat adalah atapnya. Jika seseorang ingin membangun rumah tanpa ada pondasinya mustahil rumah itu akan berdiri kokoh, yang ada rumah itu akan mudah roboh dan melukai penghuninya.
Thoriqoh itu selamanya tidak akan terlepas dari syariat. Seperti syair yang termaktub di kitab Kifayatul Atqiya’
وَطَرِيْقُ كُلِّ مَشَايِخَ قَدْ قُيِّدَتْ * بِكِتَابِ رَبِّيْ وَالْحَدِيثِ تَأَصَّلَا
Artinya : “Thoriqoh para guru itu terikat dengan keaslian kitab Tuhan (Al-qur’an) dan Hadits”. Dari sini bisa dipahami bahwa tarekat itu tidak akan terlepas dari aturan-aturan (syariat) yang tertulis di Al-Qur’an dan Hadits. Syeikh Abu al-Hasan An-Nuriyy berkata : “Jikalau kamu melihat seseorang yang mengaku bersama Allah sedangkan tingkah lakunya keluar dari batas ilmu syariat, maka jauhilah dia”. Artinya jika ada seseorang yang mengaku bertasawuf, dekat dengan Allah, dan lain sebagainya sedangkan perbuatannya setiap hari keluar dari ilmu maka orang tersebut tidak pantas untuk dijadikan pedoman. Syeikh Abu al-Qosim An-Nashrobadzi berkata : “ Dasar tasawuf adalah mulazamah (terus menerus) dalam koridor Al-Qur’an dan As-Sunnah, meninggalkan hawa nafsu, meninggalkan perkara bid’ah, mengagungkan kemuliaan para guru ”.
Lalu bagaimana cara menyikapi yang demikian?. Bagi yang menginginkan untuk ikut thoriqoh silahkan. Namun perlu diingat bahwa syariat dan thoriqoh bukanlah rivalitas melainkan dua hal yang saling menguatkan. Maka dari itu silahkan mengikuti thoriqoh yang Mu’tabaroh atau terstandar. “golek bojo ae pilih-pilih, mosok babagan ngene nggak?”.
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih telah berkontribusi, selalu ikuti kami melalui sebuah tulisan