Dimana dalam Undang-Undang Nomor 52 tahun 20 mengamanatkan pentingnya pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dilakukan melalui peningkatan akses dan peluang terhadap informasi serta sumber ekonomi melalui usaha mikro keluarga. Hal ini menjadi dasar bagi Prodi pendidikan seni rupa mendedikasikan keilmuan pagi peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga melalui pemberdayaan peran perempuan dalam bentuk penelitian dan pelatihan bagi ibu-ibu di wilayah RPTRA Kayu Mas.
Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap dari pengambilan data kebutuhan masyarakat, analisis kebutuhan, pelaksanaan kegiatan pelatihan, dan pelaporan yang beragendakan 8 bulan. Adapun kegiatan inti pelaksanaan pelatihan kepada ibu-ibu diwilayah RPTRA Kayu Mas berlangsung pada 12-13 Juni 2025 dengan melibatkan 10 peserta dari warga sekitar dan kelompok PKK setempat. Kegiatan penelitian diketuai oleh Rahmawati, S.Psi, M.A. dan Pengabdian atau Pelatihan Shibori diketuai oleh Dr. Cecilia Tridjata, M.Sn. Kegiatan ini dirancang untuk menjawab kebutuhan peningkatan produktivitas perempuan di wilayah urban.
Menurut Cecilia perempuan selain mengurus keluarga pada dasarnya perempuan adalah penggeral ekonomi.
“Meskipun banyak perempuan dianggap banyak memiliki waktu luang setelah mengurus rumah tangga, pada hakikatnya, perempuan adalah penggerak ekonomi yang fundamental, Bukan sekadar pelengkap, karena kontribusinya bersifat multidimensi dan berlapis. Di tingkat mikro keluarga, perempuan berperan sebagai manajer keuangan, perencanaan anggaran, dan pengambil keputusan konsumsi yang menentukan alokasi sumber daya untuk memastikan keberlangsungan hidup dan kesejahteraan anggota keluarganya" tegasnya.
Ia melanjutkan, harapan adanya pelatihan ini bisa menjadi bekal untuk melakukan usaha ditingkat akar rumput termasuk perempuan.
"Dengan adanya pelatihan Shibori ini diharapkan dapat menjadi stimulus mereka untuk melakukan usaha mikro dan informal. Sehingga dari berjualan kerajinan tangan, perempuan menjadi tulang punggung ekonomi riil yang menggerakkan roda perekonomian dari tingkat akar rumput. Transisi peran ini dari domain domestik ke ranah publik semakin mempertegas bahwa kapasitas produktif perempuan bukanlah halangan, melainkan kekuatan pendorong yang vital bagi pertumbuhan dan ketahanan ekonomi suatu masyarakat, baik dalam konteks keluarga, komunitas, maupun bangsa”. Pungkasnya
Rahmawati menambahkan bahwa selain sebagai pemberdayaan ekonomi pelatihan shibori juga berdampak pada pendapatan, self love, self-esteem, psychological well-being.
“Partisipasi perempuan dalam pelatihan shibori, sebagai salah satu bentuk pemberdayaan ekonomi kreatif, terbukti secara signifikan tidak hanya meningkatkan pendapatan tetapi juga menumbuhkan self-love dan harga diri (self-esteem). Melalui aktivitas kerajinan tangan yang kreatif seperti shibori dapat meningkatkan psychological well-being dengan membangkitkan perasaan bangga, kompeten, dan percaya diri akan kemampuan yang dimiliki" Ungkapnya.
Pencapaian ini selaras dengan semangat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang mendukung pengembangan UMKM dan ekonomi kreatif, serta secara fundamental sejalan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) yang menjamin hak perempuan untuk maju dalam bidang ekonomi dan sosial.
Rahmawati melanjutkan, bahwa efek kesehjateraan psikologi membawa efek domino yang bisa dirasakan lebih komperhensif dan holistik oleh seluruh keluarga termasuk ketahanan ekonominya.
"Kesejahteraan psikologis yang diperoleh perempuan ini menciptakan efek domino positif (spillover effect) pada seluruh anggota keluarga. Dengan demikian, pelatihan shibori berfungsi sebagai katalis yang mengintegrasikan pemberdayaan ekonomi dengan pembangunan kesehatan mental, yang pada akhirnya menciptakan ketahanan keluarga yang lebih kokoh”.
Pada kegiatan pelatihan shibori, peserta diajak mempraktikkan pembuatan pewarna alami dari bahan lokal seperti kayu tingi dan indigofera, serta menguasai teknik dasar shibori seperti ikat, lipat, dan celup. Kegiatan ini dipandu langsung dari tim Museum Tekstil Fariz Al Hazmi, S.Pd., M.Sn. yang juga menjadi narasumber.
Dalam kontkes ekologi, kesehatan dan pendidikan pelatihan ini menurut Faris dinilai ramah.
“Penerapan pewarnaan alami dalam pembuatan shibori memiliki signifikansi mendalam bagi keluarga, khususnya dalam konteks ekologi, kesehatan, dan pendidikan nilai. Berbeda dengan pewarna sintetis yang mengandung bahan kimia berpotensi berbahaya, pewarna alami yang berasal dari daun indigo, kulit manggis, kunyit, atau tinggi menjamin keamanan produk bagi anak-anak dan seluruh anggota keluarga, sekaligus mengurangi pencemaran limbah rumah tangga terhadap lingkungan" Tandas Faris.
Aspek keberlanjutan ini selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sekaligus menjadi media edukasi untuk mencintai dan melestarikan alam sejak dini. Proses ekstraksi dan penerapan warna alami yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran juga mengajarkan nilai-nilai kekeluargaan seperti kerja sama, penghargaan terhadap proses, dan kebijaksanaan lokal warisan leluhur. Dengan demikian, pilihan pada pewarnaan alami tidak hanya menghasilkan produk estetis yang ramah lingkungan, tetapi juga mentransformasi praktik berkarya shibori menjadi sebuah aktivitas yang memperkuat fondasi kesehatan, pendidikan karakter, dan kesadaran ekologis dalam unit keluarga.
"Selain ramah lingkungan, warna dari tumbuhan memberikan nuansa alami yang unik dan diminati pasar," kata Fariz yang merupakan instruktur dari Museum Tekstil Jakarta.
Kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa UNJ sebagai pendamping, memastikan peserta memahami setiap tahapan, mulai dari pembuatan larutan pewarna hingga proses fiksasi untuk mengunci warna pada kain.
Setelah dua hari pelatihan, peserta berhasil menghasilkan karya berupa kaos dan selendang bermotif shibori. Salah satu peserta, Siti (38), mengaku terkejut dengan hasil karyanya.
"Awalnya ragu, ternyata caranya mudah dan hasilnya bagus. Saya ingin terus mengembangkan ini untuk dijual," ungkapnya.
![]() |
| Foto: Hasil akhir pelatihan shibori |
Ketua RPTRA Kayu Mas menyambut positif inisiatif ini dan berharap ada kelanjutan berupa pendampingan pemasaran. Tim UNJ pun berencana mengadakan pelatihan lanjutan dan membuka jejaring dengan pelaku usaha kreatif.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkontribusi, selalu ikuti kami melalui sebuah tulisan