Selasa, 10 September 2024

Caraku Memaknai Budaya Cek Sound Hingga Larut Malam dalam Festival Karnival

 


ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM : Semoga artikel ini tidak menyinggung para pemilik rental sound, panitia atau bahkan siapapun yang terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan karnaval, festival kebudayaan, partisipan, panitia, atau sejenisnya. Sebab ini adalah pyur suara dari saya yang juga dulu penikmat festival atau karnaval. 

Artikel ini bukan pula dalam rangka menolak keputusan Bupati Malang Nomor : 188.45/144/KEP/35.07.013/2022 tentang Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah yang mana Sound Horeg telah dicantumkan sebagai salah satu objek kebudayaan “Seni” di Kabupaten Malang. Namun murni pendapat pribadi saya. Akhirnya, tulisan ini tidak harus dibenarkan dan tidak pula bisa disalahkan 100%. Bila memang demikian diperlukan, maka mari berdebat atau diskusi secara baik dan benar serta menjunjung etika adat ketimuran dan budaya sopan santun.

Oke lanjut, saya juga memahami bahkan didalam ilmu agama kita dilarang berbicara mengenai sesuatu yang tidak kita kuasai, itu pula bagi saya termasuk selain ilmu agama, sebab saya juga tidak mengetahui dasar keputusan itu dan lain sebagainya. Sekali lagi ini adalah murni pandangan saya saja berdasarkan pengalaman. 

Baik, jadi begini. Oke bila mana budaya sound horeg ini kemudian memberikan dampak positif misalkan bagi profesi rental sound akan meningkat termasuk juga pegiat UMKM, rental costum, para freelancer dokumentasi hingga pemandu tarian. Maka tidak adil bila kita tidak membahas history of wisdom dari adanya peringatan HUT Ke-79 RI atau acara bersih desa atau apapunlah yang bermakna festival dan karnival. 

Saya masih ingat saat masih kecil dulu, karnival dilakukan pagi hingga sore hari maka disini kemungkinan-kemungkinan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan akan minim. Seperti misalnya pesta mabuk akan memiliki potensi besar dilakukan malam hari, anak-anak yang tidak pernah tahu dunia malam maka akan kecanduan untuk berkeliaran malam sebab tahu dunia malam.

Waktu malam adalah rentan terjadi tindak pidana kriminal, mulai dari pencurian, baik pencurian yang dilakukan di dalam rumah akibat rumah kosong maupun pencurian diparkir kendaraan. Sebab akan sulit mengkondisikan, mengidentifikasi dan melakukan tindakan massa ketika malam hari. 

Belum lagi kita membahas kesibukan warga yang wajib harus masuk kerja besoknya meskipun weekend sebab 80% profesi warga di desa tak kenal hari weekend, kesehatan warga, atau bahkan ada warga yang memiliki resiko sakit jantung dan bayi yang baru lahir tentu akan terganggu, kalau misalkan ada bantahan, 'ya mengapa tidak dipindah saja sementara' lalu nanti dibawa pulang lagi, kalau sudah demikian saya angkat tangan, namun yang jelas memang berarti telah terjadi degradasi moral diantara kita, sikap empati memang hanya sebatas teori. Terus ini lagi saat warga yang jauh datang atau pulang dari melihat karnival sound horeg akan besar potensinya mengalami begal di jalan. Itu bila ditinjau dari segi kemanan dan potensi-pontensi tindak pidana atau kriminal yang mungkin terjadi, termasuk adalah kenakalan remaja serta bibit kebiasaan buruk berupa keluar malam juga akan terjadi.

Selanjutnya ditinjau dari history wisdom nya, maka kita akan menjadi warga yang daya kreatifitasnya menurun. Bagaimana tidak, dalam level pertunjukan ini hanya ada joget dan kreasi kostum. Bila dibayangkan pada era saya dulu, setiap kelompok bahkan tidak mau sama, baik dalam tema dan pertunjukan. Kalau dulu sound dan tarian adalah hal yang wajib sehingga bervariasi artinya kreatifitas itu akan terbentuk. Misalnya ada tema kostum pahlawan, drama kolosal perjuangan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, drum band, pencak silat, tumpeng, dan lain-lain masih sangat banyak. Tentu semua juga mengandung pesan moral dan sejarah, akhirnya peringatan HUT Ke-79 RI akan sakral dan momen yang paling ditunggu oleh semua kalangan, baik masyarakat, tokoh agama, maupun cendekiawan.

Namun, kalau kita lihat dari sekarang apakah demikian nilai itu masih ada, saya masih mencari apa maksud dari pertunjukan ini. Apa pesan moralnya. Padahal kegiatan karnival adalah suatu bentuk ekspresi syukur, akan kemerdekaan bukan seperti konotasinya untuk pelarian atau pelampiasan setelah kita terbelenggu, saya katakan demikan sebab tidak ada pesan moral dan tujuan yang jelas. Lalu apakah kalau tidak disebut pelampiasan. 

Seperti kata orang yang suka mabuk karena ingin melampiaskan dan melupakan semua bebannya, makan dia akan mabuk untuk menghilangkan kesadaran sementara untuk melupakan tidak ada tujuan lain selain hal itu. Nah ini sama bukan. Belum lagi kostum dan lagu-lagu yang dibawakan nyaris budaya dari barat. Percuma guru mendidik siswa untuk mencintai produk dalam negeri dan bangga akan bangsanya sendiri namun kalau ternyata budaya seperti ini bahkan didukung dan di kembangkan. 

Belum lagi cost anggaran biaya yang dibutuhkan adalah sangat tinggi, energi yang dikeluarkan sangat banyak. Memang iya ini setahun sekali, namun bukannya justru setahun sekai itu kita buat yang berkesan ya untuk menjadi memori yang indah setahun kedepan. Belum lagi tentang kesehatan yang dipaksa saat malam hari dan sudah tidak melaksanakan sholat mulai dari dhuhur sampai isya', bukannya suudzan namun mau berhusudzan bagaimana ketika mereka semua sholat dalam logika itu kok sulit, sebab saat itu juga seharusnya masjid akan penuh sesuai jumlah penonton, toh kalau memang bergantian kok air pada bak cuci kaki dimasjid kok tetap bening, wkwk.

Oke itulah keresahan saya, namun saya tidak egois akan mengkritik namun saya juga memberikan saran. Gini, kenapa kok tidak diadakan saja kegiatan sifatnya untuk mencetak prestasi-prestasi namun tetap seru. Misal, pertandingan sepakbola, voli, atau ini yang sedang baru di buat oleh Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) yang mencangkup cabang olaraga tradisional yang hampir punah, selain akan melestarikan permainan tradisional dan membentuk atlet juga akan menamkan nilai moral yang baik pada permainan tersebut. 

Dari sini nanti kan akan ada atlet-atlet baru yang akan muncul, kalau memang ada yang membantah itu sudah dilakukan ketika rangkaian lomba agustus-an dan dibutuhkan penutup yang meriah. Mengapa tidak yang lain seperti festival music artis ternama sekalian, konser maestro music indonesia, parade drumb band, atau masih banyak lagi, seperti yang akan punah ini adalah ludruk, wayang, sebab yang katanya tidak lagi diminati oleh anak muda. 

Nah, ya memang, sebab mengapa tidak diminati anak muda, karena tak ada inovasi yang menarik. Coba pertunjukan wayang ata ludruk itu dilakukan ditengah pasar kuliner dan bazar umkm. Atau kasarnya dilakukan didalam lapangan, yang mana didalam lapangan itu ada banyak stand bazar dan permainan anak atau pasar murah dan lain-lain maka akan menarik. Misalnya juga nih, tari gandrung di Banyuwangi akan indah bila dilakukan oleh ribuan orang akan menarik sebab melibatkan banyak orang. Itu hanya contoh dan analogi kecil. 

Demikian adalah suara hati saya, saya memahami semua hal diatas adalah bukan yang mudah. Memang membutuhkan evolusi yang sangat kompleks. Saya memahami setiap punya standartnya masing-masing, memiliki worldviewnya masing-masing dengan pertimbangannya masing-masing sehingga menimbulkan perilakunya masing-masing. Namun coba sesekali menyelamlah kedalam hati kecil, pertimbangkan dan renungkan.


Salam,...

Wallahu a'alm bisshawab 


WAJAK BERSHOLAWAT BERSAMA MAJELIS AR-RIDWAN MALANG

 


WAJAK | JATIMSATUNEWS.COM : Dalam rangka memperingati Dirgahayu Indonesia Ke-79 warga kecamatan Wajak Kabupaten Malang dan Sekitarnya bersholawat bersama Majelis Ta'lim Wal Maulid Ar-Ridwan Malang, dilaksanakan ba'da isya' di Lapangan Suropati Wajak Kabupayen Malang pada Senin, (26/8/24). 


Dihadiri oleh khodimul majelis Ar-Ridwan Malang Al-Habib Ahmad Jamal bin Toha Baagil dan Al-Habib Abdul Qodir bin Mauladdawillah, tokoh masyarakat serta seluruh ribuan jamaah pembacaan dilaksanakan dengan khidmat. Acara dibuka sebelum khodimul majelis datang yang dengan patwal oleh anggota kepolisian sekitar. 


A. Bapak Nasihin Sesepuh Ar-Ridwan Wajak (Modin)

  1. Dengan kemerdekaan ngaji enak, makan enak, 
  2. Wajak ketemoatan ar-ridwan ke-13, semoga ini bukan terakhir
  3. Upaya keluarga sudah sekuat tenaga namun masih manusia biasa
  4. Dukungan Ar-Ridwan Wajak oleh Pak Huda sehingga menjadi besar


B. Ustadz Khoiruddin

  1. Al-Habib Zain Kitab Faidhul Muhtaroh : paling mulianya sesuatu yang turun dari langit adalah taufiq, taufiq adalah kemampuan yang diberikan kepada Allah oleh hambanya untuk bertaqwa. 
  2. Al Imam Abu Yazid Al Bustami : menceritakan bebucara dengan macan yang merupakan contoh taufiq, sehingga macan itu juga berpesan jangan menceritakan ketemu saya dan selamat bukan karena aku atau kamu namun karena taufiq nya Allah. 
  3. Sesuatu yang mulia dari langit adalah keikhlasan, yaitu amal yang didasari karena Allah swt
  4. Risalatul Khusyairitah : ikhlas adalah ketika kita melakukan hal baik namun dicibir oleh orang namun diam, itu adalah ikhlas.


C. Al-Habib Achmad Jamal bin Toha Baagil

  1. Santri itu Menuntut ilmu akan berhasil jika serius, sungguh-sungguh, istiqomah dan semangat.
  2. 4 Tahun adalah pondasi, 10 Tahun menyandang gelar Ustadz, Ulama' 25-40 Tahun
  3. Kita di Ar-Ridwan seminggu sekali, maka harus diperbanyak dengan wirid maka akan barokah
  4. Al-Qur'an : dan orang yang berupaya untuk sampai kepada allah, akan ku tunjukkan jalan yang banyak
  5. Ustadz Abdullah Abdul (Guru Habib Jamal) mengatakan : Dengan Sungguh-sungguh, bukan dengan orang tua ilmu akan kita gapai, bapak yang dibanggakan itu menjadi orang yang dibanggakan kecuali dengan sungguh-sungguh. Jangan dengan bapak alim, kemudian anak menjadi alim. 
  6. Ada orang yang merdeka, namun tidak memiliki ilmu akan seperti budak. Ada budak yang berilmu maka budak tersebut akan merdeka.
  7. Ada cerita majikan yang memerdekakan budaknya karena saking jijiknya, kemudian budak yang merdeka kemudian menjadi marbot masjid sekaligus menuntut ilmu akhirnya menjadi masalah besar. Suatu hari majikan itu mendapatkan masalah dan akhirnya mengharuskan berkonsultasi ke ulama' yang dulunya budak yang dimerdekkan itu. Akhirnya ulama' ini menasehati bahwa dulu menjadi budak dan kini menjadi ulama karena ilmu. Bukan karena nasab. 
  8. Kita dan anak kita akan mulia bila mempertahankan ilmu yang diwariskan oleh nabi Muhammad SAW
  9. Ada cerita anak yang ingin memiliki orang tua yang disebut ulama besar, akhirnya dibrefing bila ada ulama' besar tanya setelah deklarasi itu dengan jawaban 'masalah itu, ulama' berbeda pendapat'. Akhirnya ada yang bertanya apakah ada keraguan tentang wujudnya Allah swt akhirnya dijawab pula 'masalah itu, ulama' beda pendapat', dari sini akhirnya ketahuan bahwa orang tua tersebut bukan ulama' besar, hikmahnya tidak perlu dan membuktikan orangtua kita adalah ulama' besar
  10. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan memdapatkan, apa yang kau dapat adalah apa yang kau upayakan. Termasuk ilmu dan harta.
  11. Tidak berhasil santri sungguh2, ustadznya sungguh-sungguh, walinya sungguh-sungguh
  12. Santri yang tidak pernah di sambang (wali tidak serius)
  13. Habib Umar bin Hafidz pernah mengatakan Kalau guru mengajar tanpa muraja'ah, boleh santri meninggalkannya
  14. Santri harus sangat serius dan mujahadah an-nafsh


Mahasiswa Promahadesa UNEJ Tanam 100 Pohon Cemara dan Bersih Pantai Wotgalih

 


JEMBER | JATIMSATUNEWS.COM : Mahasiswa Promahadesa Universitas Jember (UNEJ) kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan menggelar aksi penanaman 100 pohon cemara pantai dan bersih-bersih pantai bersama dengan karang taruna serta pokdarwis di Pantai Wotgalih, Lumajang. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelestarian ekosistem pantai serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan terutama karang taruna dan pokdarwis Pantai Wotgalih.

Dalam kegiatan yang berlangsung pada Rabu, 14 Agustus 2024, para mahasiswa dengan semangat gotong royong menanam 100 bibit cemara pantai di sepanjang garis pantai. Pohon cemara pantai dipilih karena memiliki akar yang kuat dan tahan terhadap angin laut, sehingga efektif dalam mencegah abrasi pantai. Selain itu, mahasiswa bersama karang taruna, pokdarwis dan masyarakat sekitar juga melakukan pembersihan pantai dari sampah-sampah yang berserakan.

Dokumentasi penanaman pohon cemara pantai oleh Mahasiwa Promahadesa UNEJ, Karang Taruna, serta Pokdarwis Wotgalih

Amar Raikhan, selaku koordinator kegiatan, mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salahsatu bentuk upaya menjaga ekosistem dan rasa peduli lingkungan yang akan berdampak pasa pariwisata dan kesehatan masyarakat

“Aksi ini merupakan bentuk kepedulian kami terhadap lingkungan, khususnya kawasan pantai. Cemara pantai sangat penting untuk menjaga ekosistem pantai, sementara kebersihan pantai akan memberikan dampak positif bagi pariwisata dan kesehatan masyarakat.” Ujar Amar

(Aksi bersih pantai Wotgalih bersama Karang Taruna dan Pokdarwis Wotgalih)

Sebagai bentuk dukungan terhadap pengelolaan sampah yang lebih baik, mahasiswa Promahadesa UNEJ juga memberikan tempat pembuangan akhir sampah kepada masyarakat sekitar. Hal ini diharapkan dapat mengurangi masalah sampah di sekitar pantai dan mendorong masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Mahasiswa Promahadesa UNEJ juga memberikan modul konservasi cemara pantai serta modul pengelolaan sampah sebagai bahan literasi tambahan mengenai pentingnya menjaga kelestarian wilayah pantai.

Kegiatan ini mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah desa dan masyarakat sekitar. Bapak Lastari, Kepala Desa Wotgalih, menyampaikan terima kasih atas inisiatif mahasiswa UNEJ.

“Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan secara berkelanjutan,” ujarnya.

Dokumentasi penyerahan keranjang sampah dan modul konservasi cemara pantai serta modul pengelolaan sampah pantai.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat menginspirasi masyarakat luas untuk turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan, khususnya kawasan pantai. Melalui aksi nyata seperti ini, mahasiswa Promahadesa UNEJ membuktikan bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam membangun masa depan yang lebih baik.



Tim RW 05 Juara 1 Dalam Turnamen Laga Klasik Pada Peringatan HUT Ke-79 RI Desa Putat Kidul

 


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Dalam Rangka Hari Ulang Tahun Ke-79 RI warga Desa Putat Kidul Kecamatan Gondanglegi Kabupaten menggelar Turnamen Sepak Bola untuk U-50. Pertandingan persahabatan antar RW ini merupakan kali kedua setelah dilaksanakan tahun sebelumnya.

Tim RW 05 berhasil memenangkan pertandingan atas RW 03 dengan skor telak 5:3. Kegiatan turnamen tersebut memperebutkan piala antar RW yang menyangkup RW 1-5 bertajuk Pancir Jaya FC.

Pertandingan ini dilaksanakan pada 11-24 Agustus 2024 setiap sore di Stadion Rekol Desa Putat Kidul Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Malang. Selama pertandingan warga terlihat antusias menonton pertandingan untuk saling mendukung timnya. 

Naila Anggita, salah satu supporter team yang juga merupakan warga RW 05 merasa senang sebab perwakilan dari timnya bisa menang dan salut terkait semangat tim U-50 yang tak kalah dengan pemuda. 

"Saya merasa senang karena tim RW saya menang , saya juga bangga dan salut atas semangat yang membara dari bapak-bapak U-50 yang tak kalah dengan semangatnya anak muda, hehe" tutur Naila.

Disisi lain, Naila perpesan pertandingan ini bukan untuk memperebutkan juara namun menjalin silaturahmi, sehingga kalah dan menang adalah hal yang lumrah. 

Untuk memenangkan pertandingan ini, dibutuhkan strategi yang tak mudah, sebab pada tahun kemarin tim RW 05 memperoleh juara 2, hari ini bisa menjadi juara 1 atas strategi dan komposisi tim yang diatur oleh Coach Rizki, sebagai berikut : 

1. Suliono (Kiper) 

2. ⁠Najib (Bek Kiri)

3. ⁠Sulhan (Bek Tengah)

4. ⁠Sombet (Bek Tengah)

5. ⁠Suparman (Bek Kanan)

6. ⁠Eko (Gelandang Tengah)

7. ⁠Ali  (Gelandang Sayap)

8. ⁠Yaskur (Gelandang Sayap) 

9. ⁠Supeno (Penyerang Sayap)

10. ⁠Sadi (Penyerang Tengah)

11. ⁠Tembel (Penyerang Sayap)

RESMI! BEM UM Bentuk Kelembagaan DEDAYA PPK ORMAWA 2024

 


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Malang resmi membentuk kelembagaan Dedaya PPK ORMAWA di Desa Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Senin (29/07/2024).

Bertempat di Balai Desa  Poncokusumo, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Malang yang tergabung dalam Tim PPK ORMAWA Desa Berdaya (DEDAYA) 2024 bersama dengan warga desa Poncokusumo menyelenggarakan pertemuan dalam rangka pembentukan kelembagaan DEDAYA PPK ORMAWA 2024. Acara ini dihadiri oleh Kepala Desa, pengurus desa, warga serta BEM UM itu sendiri. 

Dibuka dengan sambutan Bapak Kepala Desa, dipanjutkan sambutan Dosen Pembimbing, dan Ketua Tim PPK ORMAWA. Kepala Desa mendukung penuh program desa berdaya dengan mengatakan bahwa pihaknya akan membantu program Desa Berdaya ini bersama-sama dengan warga. 

Hal ini dibuktikan dengan adanya 10 warga yang turut serta dalam kelembagaan Desa Berdaya. Tak hanya pembentukan kelembagaan saja, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Malang juga memperkenalkan sample produk yang nantinya akan menjadi produk unggulan PPK ORMAWA di desa Poncokusumo. Mulai dari eco-enzyme, minyak urut, sabun, dan masih banyak lagi. 

Warga juga terlihat sangat antusias dengan sample produk yang diberikan oleh Tim PPK ORMAWA. Penduduk desa menyambut baik sample-sample produk dengan mencobanya satu persatu termasuk salahsatunya adalah Hudi Hastowo menyampaikan rasa senang sebab memperoleh ilmu baru dalam mengolah kulit jeruk. 

 “Saya sangat senang dengan adanya kegiatan mahasiswa di Desa Poncokusumo, kami dapat ilmu baru dengan olahan kulit jeruk yang sebelumnya tidak saya sangka bisa diolah”. Ujar Hudi

Hal tersebut sejalan dengan antusias Bapak Kepala Desa yang menyambut hangat hadirnya Program PPK ORMAWA BEM UM. Setelah sambutan dan perkenalan produk, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab antara warga dan tim PPK ORMAWA. Warga diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, pertanyaan, dan saran terkait program Desa Berdaya ini. 

Warga sangat antusias, mengajukan berbagai pertanyaan tentang cara pembuatan produk, potensi pengembangan usaha, dan bagaimana mereka bisa terlibat lebih dalam.

Sebagai penutup, Bapak Kepala Desa kembali menyampaikan dukungan penuh terhadap program ini dan berharap bahwa sinergi antara mahasiswa, dosen, dan warga desa dapat terus terjalin dengan baik. Acara ditutup dengan foto bersama dan pembagian sampel produk kepada warga yang hadir, sebagai bentuk apresiasi dan simbolisasi awal kerjasama yang akan terjalin.

Ucapan terima kasih disampaikan oleh Ketua Tim PPK ORMAWA, yang mewakili seluruh mahasiswa dan dosen pendamping, kepada Bapak Kepala Desa, warga, serta semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya program ini. Beliau menyampaikan bahwa tanpa dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh komponen desa, program Desa Berdaya ini tidak akan bisa berjalan dengan lancar.

Ketua Tim PPK ORMAWA juga berharap, kolaborasi ini tidak hanya berhenti sampai di sini, namun bisa terus berlanjut dan berkembang lebih jauh, sehingga hasil dari program ini dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi desa Poncokusumo.



Tim PPK Ormawa UKMF Wisma Gita Menghijaukan Kreativitas: Eksplorasi Pojok Literasi Ecoprint Bagi Pengembangan Potensi Eks-ODGJ

 


JEMBER | JATIMSATUNEWS.COM : Tim PPK Ormawa UKMF Wisma Gita Universitas Jember menggelar Program Pojok Literasi Ecoprint dalam upaya memberdayakan Eks-ODGJ yang ada di Curahdami, Bondowoso. Tujuan pelaksanaan pojok literasi ecoprint ini salah satunya adalah untuk meningkatkan keterampilan motorik, kesabaran, dan kreativitas para Eks-ODGJ dengan harapan mereka dapat mengembangkan keterampilan yang memungkinkan mereka untuk mandiri secara sosial dan ekonomi.

Program pojok literasi ecoprint dilaksanakan dalam tiga tahapan kegiatan, yaitu pada 28 Juli, 29 Juli, dan 6 Agustus 2024. Dalam pelaksanaannya, program ini di hadiri oleh Bapak Kusuma Nofiandry dan Ibu Mozayana selaku perwakilan Dinas Sosial P3AKB Kabupaten Bondowoso, Bapak Wijayanto selaku perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso, Bapak Yordania Taufik Islami selaku Camat Curahdami dan jajarannya, Bapak Saibudin Hakim selaku Kepala Desa Jetis dan jajarannya, Bapak Junaidi selaku Ketua Komunitas Group Apresiasi Seni (GAS) Bondowoso dan anggotanya.

Output dari kain ecoprint berupa tas jinjing oleh eks-ODGJ pada pojok literasi ecoprint hari ketiga, sumber: dokumentasi pribadi.

Program Pojok Literasi Ecoprint hari pertama diselenggarakan pada Hari Minggu, 28 Juli 2024. Pada pertemuan pertama ini sebanyak 8 peserta (Eks-ODGJ) diberikan materi pembuatan ecoprint dengan teknik pounding, yaitu metode pembuatan ecoprint dengan cara memukulkan daun ke atas kain menggunakan kain, sehingga mengeluarkan warna dan motif asli dari daun tersebut. Para peserta juga difasilitasi berbagai jenis daun, palu kayu, dan kain kanvas ukuran 3x1,5 meter sebagai media latihan awal pembuatan ecoprint.

Pada pelatihan awal ini para peserta disatukan dalam satu kelompok dan dibebaskan untuk mengkreasikan berbagai jenis daun yang telah disediakan untuk ditata di atas kain kanvas, lalu mempraktikan teknik pounding yang telah dijelaskan pada sesi awal pelatihan. Para peserta sangat bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembuatan ecoprint karena pelatihan membatik ecoprint ini masih sangat jarang dilakukan di kalangan masyarakat sekitar. Hal ini membuat para peserta antusias dan senang untuk berpartisipasi dalam pelatihan tersebut.

Hasil karya kain ecoprint oleh eks-ODGJ pada pojok literasi ecoprint hari kedua di Balai Desa Jetis, sumber: dokumentasi pribadi. 

Program Pojok Literasi Ecoprint  hari kedua diselanggarakan pada Hari Senin, 29 Juli 2024. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua merupakan tahap lanjutan dari pelatihan pertama, dimana pada pelatihan kali ini para peserta diberikan pelatihan secara individu. Pada Pojok Literasi Ecoprint hari kedua ini sebanyak 10 peserta (Eks-ODGJ) difasilitasi kain kanvas ukuran 50x50 cm yang akan dibagikan ke per individu peserta untuk kemudian mereka akan dibebaskan untuk mengkreasikan ecoprint tersebut sesuai keinginan dan kreativitas mereka.

Program Pojok Literasi Ecoprint hari ketiga diselanggarakan pada Hari selasa, 6 Agustus 2024. Pada pertemuan ketiga ini sebanyak 7 peserta (Eks-ODGJ) diberikan pelatihan menjahit dengan pemateri Ibu Maimunah selaku pemilik dari CV. Mona Bordir Bondowoso. Tujuan dari diselenggarakannya pelatihan menjahit ini adalah mengajarkan kepada peserta (Eks-ODGJ) bagaimana membuat hasil ecoprint yang telah mereka buat sebelumnya menjadi output yang memiliki nilai jual dan estetika berupa tas jinjing atau totebag.

Dalam upaya menjangkau seluruh kelompok sasaran, Tim PPK Ormawa UKMF Wisma Gita tidak hanya menyediakan wadah pelatihan dengan mengumpulkan para peserta (Eks-ODGJ) dalam satu tempat, tetapi juga mewadahi mereka yang berhalangan untuk hadir dalam kegiatan. Tim PPK Ormawa melakukan home visit atau memberikan pelatihan dengan mendatangi langsung tempat tinggal para peserta (Eks-ODGJ) yang tidak dapat mengikuti kegiatan di lokasi terpusat. Strategi ini diterapkan untuk memastikan bahwa seluruh kelompok sasaran dapat terlibat dan memperoleh manfaat dari program pelatihan keterampilan ecoprint yang diselenggarakan.

Pihak Dinas Sosial P3AKB Kabupaten Bondowoso memiliki harapan tinggi terhadap para peserta (Eks-ODGJ) agar kedepannya dapat memiliki kemampuan untuk mandiri secara ekonomi melalui peningkatan kapasitas serta pemberdayaan berbasis seni melalui Program Pojok Literasi Ecoprint yang diselenggarakan oleh Tim PPK Ormawa UKMF Wisma Gita.

Ekspresi Kreatif dalam Warna: Tim PPK Ormawa Wisma Gita Program Pojok Literasi Melukis untuk Menginspirasi dan Mengembangkan Bakat Seni Eks-ODGJ

 


JEMBER | JATIMSATUNEWS.COM : Tim Program Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) UKMF Wisma Gita FISIP Universitas Jember (UNEJ) telah berhasil merealisasikan salah satu kegiatan unggulan mereka, yaitu “Pojok Literasi Melukis,” sebagai bagian dari lima Pojok Literasi yang dirancang untuk pemberdayaan masyarakat eks-ODGJ di Desa Jetis, Kecamatan Curahdami, Kabupaten Bondowoso. Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap pada tanggal 15, 17, dan 21 Juli 2024 dengan dukungan dari berbagai stakeholder yang berperan aktif dalam kesuksesan acara.

Pada hari Senin, 15 Juli 2024, kegiatan Pojok Literasi Melukis dimulai pukul 08.00 WIB di Balai Desa Jetis. Acara ini dihadiri oleh 12 orang penerima manfaat (PM) eks-ODGJ yang berpartisipasi dalam pelatihan. Stakeholder yang turut hadir antara lain Komunitas GAS, Kepala Desa Jetis, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Programer Jiwa, serta perwakilan dari Kecamatan Curahdami. Kegiatan hari pertama ini mencakup pengenalan warna dan teknik pencampuran warna. Pendampingan dilakukan oleh Tim PPK Ormawa UKMF Wisma Gita dan Komunitas GAS untuk membantu PM dalam proses pelatihan.

Pada Rabu, 17 Juli 2024, Pojok Literasi Melukis memasuki hari kedua dengan fokus pada materi Gradasi Warna. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Sosial (Mozayanah), Kepala Desa Jetis (Saibudin), Kasun (Hadi), Komunitas GAS, dan Kader Jiwa. Sebanyak 7 orang PM berpartisipasi langsung dalam pelatihan yang dilaksanakan pada pukul 08.00 -10.30 WIB, sedangkan 1 orang mengikuti secara home visit pada pukul 16.00 WIB. Meskipun hanya sebagian PM yang hadir secara langsung, namun semangat mereka tetap tinggi selama pelatihan.

Pojok Literasi Melukis hari ketiga dilaksanakan pada Minggu, 21 Juli 2024, mulai pukul 08.00 WIB hingga 10.30 WIB. Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah stakeholder, termasuk Kepala Dinas Sosial P3AKB Bondowoso (Anisatul Hamidah) yang hadir beserta jajarannya, Dinas Pendidikan Bondowoso (Wijayanto), Ketua Komunitas GAS Bondowoso (Junaidi), Ketua Komunitas K5 Art Project Bondowoso (Budiamin), dan Kepala Desa Jetis (Saibudin Hakim).

Sebanyak 9 PM berpartisipasi dalam kegiatan ini, dengan pelatihan teknik melukis oleh Budiamin, Ketua Komunitas K5 Art Project Bondowoso, yang juga melakukan pendampingan praktik melukis dengan media kanvas tersebut. PM merasa senang karena dapat mengekspresikan perasaan mereka melalui lukisan. Pada akhir kegiatan, Kepala Dinas Sosial memberikan sesi motivasi dan apresiasi terhadap karya para PM.

Pemberian motivasi oleh Kepala Dinsos P3AKB Bondowoso terhadap kelompok sasaran pada pojok literasi melukis hari ke 3, sumber: dokumentasi pribadi.

Dalam kegiatan hari ketiga, Kepala Dinas Sosial, Anisatul Hamidah, juga turut melukis di kanvas, menggambar balon sebagai simbol harapan dan mimpi. Beliau mengungkapkan, “Balon ini adalah simbol, bahwa mimpi-mimpi itu harus kita terbangkan setinggi langit. Mimpi kita dan harapan kita harus kita terbangkan. Terbangkan mimpi kita, mimpi itu gratis, mimpi itu tidak bayar.” Beliau juga mengutip Bung Karno, “Bermimpilah setinggi bintang, kalau jatuh nanti di awan, jangan hanya mimpi setinggi pohon kelapa, kalau jatuh sakit.”

Ketua Umum Wisma Gita, Syafa Hilmy Haidar, turut hadir dan memberikan dukungannya, mengatakan, “Gerakan atau program ini merupakan manifestasi dari teman-teman mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang memiliki laboratorium (ruang untuk mengeksplorasi dan menerapkan ilmu) yang sangat luas, yaitu di desa-desa dan masyarakat. Kami memiliki keinginan dan tekad yang kuat agar UKMF Wisma Gita bisa berdampak dan menyentuh langsung masyarakat.”

Home visit ke kolompok sasaran  pada program pojok literasi melukis hari kedua di Desa Jetis, Curahdami, Bondowoso, sumber: dokumentasi pribadi.

Budiamin, Ketua Komunitas K5 Art Project Bondowoso, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini, “Saya sangat mengapresiasi kegiatan yang diadakan UKMF Wisma Gita. Ini adalah kegiatan yang menarik dengan audiens eks-ODGJ, memberikan ruang bagi mereka untuk merefleksikan diri melalui karya seni. Ini adalah hal luar biasa yang harus terus mendapatkan support.”

Dengan terselenggaranya Pojok Literasi Melukis, diharapkan program-program Pojok Literasi lainnya juga dapat terselenggara secara lancer dan sukses, memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat eks-ODGJ di Desa Jetis dan sekitarnya.



 

Mahasiswa PLB Universitas Negeri Malang Tanamkan Nilai Anti Korupsi Sejak Dini di SDN Lowokwaru 5

  MALANG | JATIMSATUNEWS.COM :  Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Malang melaksanakan kegiatan Sosialis...