Minggu, 01 Juni 2025

MTs Modern Al-Rifa’ie Gelar Kegiatan P5RA Bertema Permainan Tradisional Selama 9 Hari

 


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : MTs Modern Al-Rifa’ie sukses menyelenggarakan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan lil Alamin (P5RA) dengan mengusung tema Permainan Tradisional, yang dilaksanakan selama sembilan hari dan diikuti oleh seluruh siswa-siswi kelas VII. 

Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan kembali kekayaan budaya lokal Indonesia kepada generasi muda, sekaligus menumbuhkan nilai-nilai gotong royong, kreativitas, dan cinta tanah air.

Selama kegiatan berlangsung, para peserta diajak mengenal berbagai jenis permainan tradisional dari berbagai daerah di Indonesia seperti engklek, gobak sodor, bentengan, dan egrang. Tak hanya sebatas teori, siswa juga diberi kesempatan untuk membuat sendiri alat permainan tradisional, mendesain poster edukatif, serta mempraktikkan dan berlomba dalam permainan-permainan tersebut secara langsung.

Puncak kegiatan dimeriahkan dengan pameran hasil karya siswa berupa alat permainan dan poster yang telah dibuat sebelumnya. Pameran ini tidak hanya menjadi ajang unjuk kreativitas, namun juga menjadi sarana edukasi bagi siswa lain dan masyarakat sekitar mengenai pentingnya melestarikan budaya permainan tradisional di tengah era digitalisasi.

Kepala MTs Modern Al-Rifa'ie, Iwan Hanafi M.Pd menyampaikan bahwa kegiatan ini selaras dengan semangat P5RA dalam membentuk karakter pelajar yang tidak hanya cerdas secara akademik, namun juga berjiwa Pancasila, menghargai budaya, dan memiliki empati sosial.

Dengan penuh semangat, para siswa terlibat aktif dalam setiap rangkaian kegiatan, menunjukkan bahwa permainan tradisional bukan sekadar hiburan masa lalu, melainkan warisan budaya yang sarat nilai dan layak terus dilestarikan oleh generasi masa kini.





DIKLAT MAGANA Universitas Kepanjen : Membangun Prespektif Mahasiswa dalam Misi Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim

 


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Mahasiswa Tanggap Bencana (MAGANA) Universitas Kepanjen menggelar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) internal pengurus dengan menghadirkan 3 Ahli sebagai pemateri, pada Jum'at (2/5/2025). 

Kegiatan yang diikuti oleh kuranglebih 50 pengurus tersebut, digelar secara tertutup atau dikhususkan bagi pengurus MAGANA Universitas Kepanjen. Sebagai UKM yang bergerak pada bidang kebencanaan, MAGANA konsisten untuk membentuk jiwa peduli terhadap lingkungan dan bencana yang terjadi melalui kegiatan mahasiswa. 

Beragam bencana yang terjadi di Indonesia telah menjadi alasan konkret bahwa setiap orang berhak melakukan aksi penanggulangan atau penanganan bencana. Salah satunya adalah mahasiswa. Mahasiswa sebagai salahsatu agent of change atau unsur penanggulangan bencana harus dibekali dengan kapasitas dan pengetahuan teori guna diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan. 

Tiga pemateri ahli diundang dalam kegiatan ini antara lain, Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) Malang Raya atau sebagai koodinator Potensi SAR, Ketua Stasiun Geofisika Malang sebagai perwakilan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, serta Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Timur (FPRB Jatim). 

Ketiganya memberikan pemaparan mengenai pengetahuan dasar pencarian dan pertolongan serta kebencanaan dan perubahan iklim. Sayangnya penulis tidak sempat mengetahui materi yang dipaparkan oleh BMKG dan Basarnas, untuk itu secara spesifik berita ini akan mengulas mengenai terori kebencanaan dari prespektif ahli perwakilan dari FPRB Jatim. 

Bahwa bencana yang terjadi dimanapun adalah urusan bencana, mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat dengan gelar panjang, semuanya memiliki kewajiban untuk melakukan penanggulangan bencana, dan itulah amanat undang-undang. 

Hal itu tercantum dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang tercantum dalam pasal 30 ayat 1, pasal 55, pasal 56 dan pasal 57. 

Dari kewajiban itu juga diatur siapa yang menghalangi dalam misi penanggulangan bencana akan diberikan sanksi, seperti yang tertulis pada Pasal 80 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007: Menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mengganggu penyelenggaraan penanggulangan bencana dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 

Untuk mewujudkan misi penanggulangan bencana terdapat 5 unsur atau yang biasa disebut pentahelic, multehelic atau multipihak yang meliputi pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan media. Mahasiswa adalah salahsatu unsur terpenting dalam misi penanggulangan dan penanganan bencana yaitu sebagai unsur akademisi. 

Maka, yang seharusnya dilakukan mahasiswa adalah sesuai perannya sebagai akademisi, yaitu mendayagunakan akal, budi dan pikirannya agar lebih bermanfaat. Jika berbicara mengenai kuantitas sumberdaga manusia dalam melakukan penanggulangan bencana mungkin selalu kurang, namun tentunya harus diperhatikan porsi dan proporsinya.

Maksudnya adalah, pegiat lapangan dengan pegiat analyst (kajian akademik dan ilmuiah harus seimbang) disetiap penanggulangan bencana. Maka lebih bijak jika mahasiswa yang tidak memiliki kapasitas dilapangan karena keterbatasan fisik maka lebih baik menjadi pemikir dalam misi penanggulangan bencana. 

Pemateri mengungkapkan, tidak menyalahkan mahasiswa yang melakukan open donasi atau bergiat akan tetapi lebih bijak agar mahasiswa tersebut diarahkan paradigmanya untuk lebih baik menjadi pemimpin dalam penanggulangan bencana. 

Misalnya, ketika terjadi bencana di Malang selatan tahun lalu, terdapat mahasiswa yang melakukan open donasi yang malah membuat macet sehingga menghambat proses evakuasi korban ke rumah sakit. Kemudian, seringkali hasil open donasi terjadi salah komunikasi terkait kebutuhan.

Seperti yang terjadi saat banjir bandang kota Batu pada 4 November 2021. Terdapat mahasiswa yang keliru melakukan open donasi yaitu pakaian layak pakai (bekas) sedangkan yang dibutuhkan adalah air minum dan makanan siap saji. 

Inilah maksudnya, lebih baik jika mahasiswa itu diperankan pada bagian posko atau poslap, disclaimer ya posko itu artinya pos komando dan poslap adalah pos lapangan, pos komando hanya disandang oleh BPBD atau pemerintah karena sesuai namanya komando adalah satu pintu, sedangkan masyarakat atau komunitas lain yang ingin mendirikan pos peduli bencana disebut poslap.

Agar lebih baik bila mahasiswa itu berkomitmen untuk siap badan diposlap selama berapa hari sesuai kapasitasnya, misalnya melakukan assessement, menata data korban dan bantuan untuk pemetaan distribusi, Rapid Enviromental Health Assesement, Sanitasi, WASH, dll. 

Sebab pekerjaan ini akan lebih efektif cepat dilakukan oleh mahasiswa daripada orang pada umumnya, sehingga sayang bila mahasiswa yang terbiasa melakukan pekerjaan yang orang lapangan sukar melakukan tetapi malah turun langsung yang seringkali jarang tidak memiliki kapasitas sebagai orang lapangan. Pada intinya semua memiliki peran masing-masing dan menempatkan peran secara bijak adalah salah satu upaya efektif dalam misi penanggulangan bencana.

Pemateri juga mengapresiasi hal yang dilakukan oleh MAGANA Universitas Kepanjen, karena kegiatan seperti ini juga dalam rangka misi penanggulangan bencana. Sebab dalam siklusnya penanggulangan benacana terdiri dari pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi serta rekonstruksi. Kegiatan pelatihan seperti ini terdapat di Pra Bencana yaitu pelatihan, edukasi dll. Kemudian ada saat terjadi bencana berupa tanggap darurat dan pasca bencana adalah fase pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi baik fisik maupun mental. 

Selanjutnya, bagi kalian yang memang benar-benar tidak mampu dalam terjun secara langsung dilokasi bencana. Setidaknya kalian tetap berperan meski dari jarak jauh, dengan cara memanfaatkan media sosial dengan bijak. Bayangkan postingan ada yang informatif dan edukatif bisa saja memberikan bantuan nominal jutaan rupiah secara material untuk para korban bencana. Sebaliknya, jika anda hanya diam atau bahkan dengan media sosial anda malah memperkeruh kejadian bencana anda akan mendapatkan cemoohan banyak orang sebagai karma langsung dunia, dan mendapatkan dosa diakhirat kelak. 

Belakangan ini masih jarang yang konsisten secara terus menerus berfokus mempelajari jurnalistik kebencanaan. Padahal media adalah termasuk unsur pentahelic, jika ini kemudian diseriusi dengan potensi media sosial yang semakin hari semakin melonjak maka akan bisa berperan penting dalam misi penanggulangan bencana, seperti halnya tulisan ini secara tidak langsung anda telah teredukasi, atau bahkan bagi anda yang memiliki saran dan usulan bisa disampaikan kepada penulis.

Pada dasarnya, basic pengetahuan mengenai penanggulangan bencana tidak akan tuntas diulas dalam tulisan ini saja, masih banyak sekali pengetahuan dan teori yang belum diulas, ulasan ini bisa saja bukan materi namun hanya pra kata saja. Bahkan secara proses harus mengikuti pelatihan yang berjenjang dan jam terbang yang tinggi. Namun bagi kalian yang siap mendedikasikan dirinya untuk menjadi seorang relawan yang bisa memberikan manfaat bagi yang lain tidak perlu takut dengan momok jam terbang dan title rentetan hasil pelatihan. Terus melangkah tidak berhenti belajar cukup untuk menjadi relawan yang cerdas dan memberi manfaat, salam. 
































Kita mulai dari cara berfikir kita.

Salam Tangguh

Salam Lestari

Avignam Jagat Samagram


Oleh : Eko Rudianto Anggota Forum Pengurangan Risiko Bencana Provisi Jawa Timur (FPRB Jatim) Bidang Publikasi dan Kampanye

Wujudkan Komitmen Dunia Literasi, BEM FIP UM Gelar Pelatihan Dasar Kepenulisan

 


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Ditengah arus komunikasi melalui media sosial yang kuat dan cepat, Badan Eksekutif Mahasiwa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (BEM FIP UM), memperkuat literasi yang baik dan benar melalui Pelatihan Dasar Kepenulisan yang diperuntukkan khusus bagi pengurus BEM FIP UM, pada Rabu malam (7/5/25). 

Diselenggarakan di Gedung Organisasi Intra Mahasiswa (ORMAWA) Fakultas Ilmu Pendidikan, Pelatihan ini secara ringkas difasilitatori oleh Kepala Biro PT. JatimSatuNews Malang Raya sebagai perusahaan media indepen nasional yang bergerak dibidang literasi dan percetakan. 

Gubenur BEM FIP UM, Adam Prasetyo menyampaikan bahwa program ini secara insidental sengaja dirancang guna meningkatkan kapasitas anggota BEM FIP dalam memproduksi karya dan publikasi melalui literasi. 

"Ini sebagai program insidental, harapannya semua program BEM FIP UM bisa diliput dan diberitakan sehingga semua mahasiswa dan masyarakat mengetahuinya" tutur Adam. 

Forum yang dihadiri kurang lebih 50 mahasiswa dari berbagai jurusan yang tergabung dalam anggota BEM dengan berbagai departemen, terlihat menyimak materi dengan baik, amanah membudayakan literasi melalui publikasi yang akan mengabarkan mengenai program mereka membuat amggota forum ini antusias menyimak. 

Menjadi seorang penulis bukan hal yang asing bagi mahasiswa, sebab secara basic mahasiswa tentu memiliki kapasitas dalam skill menulis. Mahasiswa juga dinobatkan sebagai seseorang yang haus akan pengetahuan, ilmu dan pengalaman. Sehingga ini selaras dengan prinsip seorang jurnalis yang harus mengetahuo banyak hal sebagai modal atau pintu utama. 

Sebab, dengan mengetahui mengenai berbagai bidang maka jurnalis akan mudah dalam menentukan worldview terkait tulisan akan akan dibuat. Kemudian untuk menunjang keabsahan tulisan tersebut, mahasiswa dengan memanfaatkan relasinya bisa mengkonfirmasi tulisannya terhadap para ahli yang bersumber dari dosen maupun orang yanh dengan konsisten terhadap suatu bidang. 

Jurnalis juga salah satu profesi yang pro terhadap masyarakat dan bersandingan dengan rakyat, baik secara kepentingan maupun strata sosial. Kita semua telah mengetahui, beragam dinamika kehidupan sosial para jurnalislah yang mengungkap, baik kerusuhan, kasus hukum, politik ataupun isu strategis lainnya. Jurnalis dengan konsisten mengawal dan menyuarakan suara kebenaran yang bersumber dari pandangan norma dan etika masyarakat. 

Sudah menjadi keharusan bagi insan yang berbudi untuk mulai menulis, baik dengan tujuan menyebarkan ilmu, mengungkap kebenaran, menggiring opini kebaikan atau advokasi sosial atau tujuan lain dengan maksud gak yang baik. Sebab prinsip dasar manusia adalah bermanfaat bagi manusia yang lainnya, hal itu salah satunya bisa dengan literasi dan tulisan.

Deras arus komunikasi yang ditumbulkan dari kebebasan semua orang berekspresi tentu menjadi tantangan beruma common sense yang membuat manusia sulit menentukan berita baik dan tidak. Semua informasi hari ini beredar bebas dan luas. Tidak hanya di meja tamu seperti koran kita dulu, namun sudah masuk ke pojok rumah atau bahkan ke kamar privasi seseorang tanpa pamit. 

Kesadaran akan berperan melalui dunia literasi tentu pasti akan membuahkan hasil, baik kedalam prestasi ataupun cara bersosial masyarakat melalui organisasi. Organisasi yang transparan akan memupuk para aktivis untuk menjalankan amanah dengan jujur. Tenty budaya transparan ini begitu dipegang erat oleh insan pers. Sehingga sebagian besar pemimpin baik akan lahir dari jurnalis yang hebat dan memiliki ilmu komunikasi yang baik, banyaklah contoh tokoh itu di Indonesia. 

Aturan, template dan sistematika kepenulisan hari ini telah bergeser arti, tidak lagi kaku seperti dahulu yang harus seuai kaidah. Itu semua disebabkan karena semua jari hari ini bisa memberikan informasi, berita yang lugas dan enak dibaca akan mengiringi gaya dunia pers hari ini. Ini kesempatan dan potensi baik bagi awak pers yang ingin berproses, apalagi bonus demografi Indonesia juga menunjang itu semua, mulai dari komposisi penduduk yang didominasi oleh generasi muda hingga media sosial yang selalu mengalami kemajuan yang erat dengan kehidupan generasi muda. 

Membuat tulisan tidak lagi menjadi seribet dulu, termasuk dalam distribusi dan biaya operasional. Tentu itu saja sudah cukup untuk menjadi dasar bahwa mahasiswa harus dan mutlak untuk terlibat mengukir sejarah melalui tulisan dan literasi. 




Salam

Oleh : Eko Rudianto


Mahasiswa PLB Universitas Negeri Malang Tanamkan Nilai Anti Korupsi Sejak Dini di SDN Lowokwaru 5

  MALANG | JATIMSATUNEWS.COM :  Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Malang melaksanakan kegiatan Sosialis...