Langsung ke konten utama

Menuju Ramadhan : 5 | Hirarki Cinta


Membicarakan cinta memang tidak ada ujungnya, kadang dari sisi mana cinta ini tumbuh dan mengapa cinta itu bisa berubah arah terkadang menjadi misteri bagi setiap insan yang pernah merasakannya. Tentunya berbeda, antara sayang dan cinta tak hanya segi redaksi namun juga hakikat dan falsafahnya memang berbeda, nyatanya Allah swt lebih menyebutkan cinta daripada kata sayang diberbagai kalamnya.

Karena pada cinta bisa ditaruh kepada apa saja semau kita, bisa kepada benda mati, sesama manusia atau makhluk lain. Pada artikel ini kita akan membahas hal yang telah didiskusikan berdasarkan akal sementara yang telah kita miliki, kita mencoba menggali hakikat cinta apakah valid sesuai apa yang dikatakan para pujangga atau malah lebih tepa tapa yang telah di nasehatkan oleh para sufi mengenai hakikat cinta.

Untuk itu, pada kesempatan ini akan diadaka diskusi yang bermuara dari alur munculnya cinta dan dibahas secara fisik yang diterjemahkan leterlijk, namun menurut saya itu hal yang menarik dan dapat mengalanogikan terjemah cinta secaranya meskipun dari berbagai kalangan masyarakat dapat memahaminya. Selanjutnya, mengenai alur munculnya cinta secara fisik akan dibahas pada literasi bibawah ini.

Pertama, apakah cinta itu buta? Sebelum menjawab itu, kita perlu tahu konteks kata buta yang akan dibahas pada terjemah ini seperti apa, apakah konteks kebutaan yang diartikan secara leterlijk tentang kelainan mata, atau kebutaan dalam hati dan pikiran. Namun jika cinta itu diartikan buta dalam arti leterlijk kelainan pada mata itu merupakan salah besar dan fatal dalam memahami konteks cinta, karena cinta itu tidak tumbuh atau berasal dari mata manusia, bukan “cinta dari mata turun kehati” namun “dari hati menggerakkan mata”, karena bila hanya cinta dimiliki oleh yang memiliki mata bagaimana, makhluk yang diciptakan tanpa memiliki mata, atau secara lengkapnya, seperti ini.

Jika cinta itu syaratnya adalah mata, bagaimana orang yang buta. Dia tidak akan bisa melihat segala sesuatu sehingga dia akan menjadi manusia yang tak memiliki rasa cinta, namun nyatanya tidak. Banyak orang yang buta yang memiliki sifat cinta dan kasih sayang, begitu sebaliknya orang yang memiliki mata namun gila akalnya akan berbuat ‘kerusakan’ yang semua itu bertentangan dari rasa cinta.

Kedua, bila cinta itu mensyaratkan mata sebagai alatnya. Bagaimana manusia dapat mencintai rosulullah saw, banyak manusia yang tidak melihat rosululah bahkan tidak hidup pada zamannya, bisa mencintai bahkan rindu dengan. Sehingga teori mengenai cinta dari mata turun kehati itu jelas tidak bisa dijadikan acuan.

Naik kepada level yang lebih tinggi lagi, apakah mencintai sang Khaliq memerlukan mata, bagaimaa dengan hambanya yang tidak pernah menjumpainya. Cinta tidak melulu tantang mata, Allah swt sangat mudah untuk memberika rasa cinta itu melalui hati dan nurani. Itulah filosofi secara sederhana untuk bisa dicerna, semoga ini menjadi reminder kita dalam berupaya menggapai cinta yang sesungguhnya, karena cinta yang sesungguhnaya akan menghantarka kita pada sesuatu yang baik.


Wallahu a’alam bisshawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seni Santri dalam berliterasi | Spesial Maulid Nabi dan Hari Santri

Forum diskusi santri Sementara ini literasi kerap berdomisili pada dunia perguruan tinggi, seolah santri tak ada tendensi untuk ikut menggali dan berpartisipasi. argumen literasi nyaris dilontarkan oleh para pejuang literasi untuk membumikan budaya literasi untuk kaum santri, tak heran itu semua dilakukan untuk menjembatani untuk sama-sama mewujudkan cita-cita bangsa untuk meningkatkan kapasitas insani. Momentum hari santri dan maulid nabi seyogyanya sudah menjadi barometer prestasi santri dikancah publik, beberapa fakta telah dihadirkan seharusnya menjadi energi terbarukan bagi santri, seperti munculnya gus menteri agama yang menguasai panggung demokrasi. Tak hanya itu, posisi-posisi strategis baik negarawan maupun ilmuan juga telah diisi oleh alumni santri yang terkadang enggan memutus rantai gelarnya sebagai santri. Pada era distrupsi ini, kehadiran santri sangat dinantikan. Santri yang memiliki jiwa dan mental kuat untuk menyongsong negeri ini menjadikan santri harus bangga dengan ...

Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) Ciptakan Inovasi Pembelajaran Kimia Berupa KIT KOVALEN Berbasis Game Education

  MALANG | JATIMSATUNEWS.COM :  Materi ikatan kimia merupakan materi yang tergolong sulit untuk siswa kimia SMA, salah satunya dalam penggambaran struktur Lewis. Hal ini terjadi karena struktur Lewis merupakan model ikatan kimia yang selain mememrlukan keterampilan berpikir dan logika, dibutuhkan juga imajinasi penggambaran ikatan di dalam molekul-molekulnya. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami ikatan kimia, khususnya ikatan kovalen.  Kelima mahasiswa dapartemen kimia Universitas Negeri Malang mengembangkan sebuah media pembelajaran ikatan kovalen untuk meningkatkan konsep pemahaman siswa SMA berbasis game education yang disebut Kit Kovalen merupakan inovasi media pembelajaran dari bahan dasar catur yang dimanfaatkan kembali didesain semenarik mungkin  seperti puzzle yang nantinya siswa akan memperaktikan sendiri dengan pilihan kartu yang diambilnya. Sehingga pembelajaran dapat menjadi lebih menarik dan bermakna. Mereka adalah Ulfa Rahmawati, Fatimah A...

Mahasiswa PLS UM Ikut Andil Berikan Metode Pembelajaran Huruf Hijaiyah dengan Media Gambar dan Warna pada Peserta Didik TPQ Ainul Yaqin Pakisaji

    MALANG | JATIMSATUNEWS.COM :  Sekumpulan mahasiswa PLS UM mengadakan suatu program yang berkaitan dengan simulasi pembelajaran pada hari Rabu, 15 November 2023 yang melibatkan peserta didik jilid dua TPQ Ainul Yaqin yang berada di Desa Pakisaji, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Program pembelajaran yang dilaksanakan berupa pengenalan huruf hijaiyah menggunakan media gambar dan warna dengan tujuan untuk membantu menstimulasi kemampuan motorik peserta didik. Materi yang disampaikan kepada peserta didik TPQ Ainul Yaqin menggunakan metode At-Tartil, yang mana anggota kelompok Mahasiswa PLS UM berperan sebagai pemateri. Penggunaan media dan sarana pembelajaran menggunakan alat yang sederhana, yaitu papan tulis, meja, karpet, alat peraga berupa kertas dengan huruf hijaiyah, Al-Qur’an, spidol, penghapus, kertas print dengan huruf hijaiyah, dan pensil warna. Selama proses pembelajaran dilakukan selama 60 menit. Awal pembelajaran diawali dengan salam, pembuka, dan perkena...