Rabu, 12 Maret 2025

Kronologi Elsa Laksono & Lilie Wijayati Meninggal di Puncak Carstensz Pyramid - Papua, Karena Hipotermia

 


Turut berdukacita 

Insiden kejadian 5 Pendaki WNI Puncak Carstensz Pyramid (3 Pendaki Selamat dan 2 Pendaki Meninggal Dunia) akibat cuaca yang sangat buruk. 

Berikut kronologi kejadiannya :

1. Pada hari Sabtu tanggal 01 Maret 2025 sekitar Pukul 22.30 WIT bertempat di Kabupaten Mimika telah didapatkan informasi dari Penanggung jawab terkait insiden kejadian 5 Pendaki WNI Puncak Carstensz akibat cuaca yang sangat buruk turun hujan salju, hujan deras dan angin kencang sehingga menyebabkan hipotermia.

2 Pendaki meninggal dunia Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono) bertempat di teras 2, pada saat perjalanan turun dari Puncak Carstensz akibat cuaca yang sangat buruk sehingga menyebabkan Hipotermia.

3 pendaki yang selamat terjebak dan terpaksa bermalam di area dekat puncak hingga besoknya tim rescue datang.

2 Pendaki meninggal dunia adalah Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono), kedua korban dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 1 Maret 2025 sekitar pukul 02.07 WIT setelah dievakuasi oleh guide dan rekan-rekan di Basecamp yang langsung kembali naik untuk membantu proses evakuasi), 


Identitas pendaki yang sebagai berikut :

A. Meninggal Dunia 

1) Nama : Lilie Wijayanti Poegiono

- Jenis kelamin : Perempuan

- TTL : Malang, 02 Okt 1965

- Alamat : Jalan Mochamad Romadhan, No 63C, RT. 002 RW. 001, Desa Cigereleng, Kec. Regol, Kab. Kota Bandung, Prov Jawa Barat

- Agama : Kristen 

2) Nama : Elsa Laksono

- Jenis kelamin : Perempuan

- TTL : Malang, 24 Juli 1965

- Alamat : Jalan KH Abdulah Safei, No 8, RT. 005 RW. 001, Kel Tebet Timur, Kec. Tebet,  Kab. Jakarta Selatan, Prov DKI Jakarta

- Agama : Kristen

B. Pendaki Selamat :

1) Indira Alaika (Hypotermia akibat cuaca buruk)

2) Alvin Reggy Perdana (Hypotermia akibat cuaca buruk)

3) Saroni (Hypotermia akibat cuaca buruk)


Rangkaian kejadian sebagai berikut :

Rabu Tanggal 26 Februari 2025 Pukul 07.16 WIT rombongan berangkat dari Bandara Moses Kilangin Timika menuju Base Camp Yellow Valley Carstensz Pyramid dengan menggunakan Helikopter :

a) Lilie Wijayantie (WNI)

b) Elsa Laksono (WNI)

c) Saroni (WNI)

d) Lody Hidayanto (WNI)

2) Pukul 07.34 WIT rombongan berangkat dari Bandara Moses Kilangin Timika menuju Base Camp Yellow Valley Carstensz Pyramid dengan menggunakan Helikopter :

a) Fiersa Besari (WNI)

b) Furki Rahmi Syahroni (WNI)

c) Indira Alaika (WNI)

3) Setelah sampai di Base Camp Yellow Valley Carstensz Pyramid rombongan melaksanakan kegiatan aklimatisasi selama 2 hari.

c. Kamis tanggal 27 Februari 2025, rombongan melaksanakan kegiatan aklimatisasi dan latihan teknis hingga Teras 1 (teknik ascending dan descending)

d. Jumat tanggal 28 Februari 2025. Rombongan Pendaki yang berjumlah 20 orang berangkat untuk melakukan summit dari Base Camp Yellow Valley menuju puncak carstensz pukul 04.00 WIT (5 orang Guide, 7 WNI Pendaki, 6 WNA Pendaki, dan 2 pendaki Taman Nasional Lorentz)

2) Pukul 10.51 WIT korban bersama Tim Pendaki melakukan penyeberangan di jembatan Tyrollean.

3) Pukul 14.00 WIT pendaki terakhir mencapai Puncak Cartenz (karena HT low sehingga tidak ada komunikasi) 

4) Pukul 19.30 WIT Ruslan dan Abdullah yang sudah turun lebih awal menyampaikan bahwa semua pendaki sudah Summit tetapi ada 1 orang pendaki an Indira terkena gejala Hypotermia diarea dekat puncak saat perjalan turun

5) Pukul 20.29 WIT Tim BC melakukan briefing untuk mengupayakan pertolongan terhadap korban dan sekitar pukul 20.45 WIT Nurhuda (Guide WNI) tiba di Basecamp sendirian dengan gejala hypotermia selanjutnya meminta bantuan kepada Tim BC. Beliau istirahat sebentar untuk kembali naik membantu pendaki yang ada diatas.

6) Pukul 21.48 WIT Yustinus Sondegau (Guide lokal) berusah naik untuk mencapai titik lokasi survivor yang berada di summit ridge korban an. Indira, Alvin Reggy dan Saroni, dengan membawa bantuan emergency (sleeping bag), fly sheet, air panas dan radio). Tetapi upaya tersebut terhenti di teras besar karena cuaca semakin memburuk dan pada perjalanan turun Yustinus bertemu dengan Luddy dan mendampingi Luddy hingga ke Base Camp.

Seluruh peralatan yang dibawa, ditinggal di Teras Besar.

7) Pukul 22.33 WIT guide Nepal Dawa Gyalje Sherpa naik untuk memberikan  pertolongan tetapi terhenti di teras 2 untuk memberikan pertolongan terhadap kedua korban Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono yang kemudian meninggal dunia

8) Pukul 22.48 WIT pendaki atas nama  Fiersa dan Furky tiba di Basecamp

e. Sabtu tanggal 01 Maret 2025.

1) Pukul 00.07 WIT Poxy (guide lokal) dan Damar (Guide) kembali mencoba naik ke teras dua untuk memberikan bantuan kepada korban, menghubungi Basecamp dan melaporkan sudah memberikan pertolongan kepada kedua korban namun korban Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono telah dinyatakan meninggal dunia.

2) Pukul 02.07 WIT Octries (Guide) yang berkomunikasi dengan Poxy dan Dawa, menginformasikan dari basecamp bahwa 2 Pendaki WNI Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono yang berada di Teras Dua telah meninggal dunia.

3) Pukul 03.26 WIT Huda (guide) naik untuk mencoba menolong Indira, Alvin dan Saroni yang berada di Summit Ridge. 

4) Pukul 03.43 WIT Damar, Poxy, Yustinus, Ludy Hadiyanto tiba di Bacecamp

5) Pukul 04.51 WIT Huda mengabarkan bahwa mereka tiba di Bacecamp dan tidak sanggup lagi meneruskan ke titik posisi Indira, Alvin dan Saroni (Barang untuk melaksanakan emergency  sudah disimpan di bawah Summit Ridge) 

6) Pukul 08.38 WIT, dibagi 2 tim penyelamat, tim 1 terdiri atas 3 Guide International Garret Madison, Tashi Sherpa, Ben Jones, kembali mendaki untuk menyelamatkan Indira, Alvin dan Saroni di Summit Ridge. Dan tim 2 yaitu Dokter Adnan dan Meidi bergerak menuju korban di teras 2.

7) 10.24 WIT, Tashi, Garret dan Ben bertemu dengan 3 pendaki (Indira, Alvin dan Saroni) menginformasikan ke basecamp bahwa semuanya masih hidup dan dalam kondisi kritis. Tim Rescue memberikan pertolongan pertama dan menormalisasi dengan mengganti pakaian, memberikan isotonik, makanan, obat-obatan

8) 11.20 WIT, tim rescue dan survivor  melakukan perjalanan turun ke base camp yellow valley.

9) 10.26 WIT tim evakuasi 2 (Ruslan, Yansen, Lucky, dan Meidi) berangkat dari basecamp untuk mengevakuasi jenazah di teras 2.

10) 14.30 WIT, tim rescue dan survivor dari Summit Ridge tiba di Base Camp Yellow Valley.

11) 16.41 WIT, Tim evakuasi 2 telah mengevakuasi 1 jenasah sampai di Base Camp.

12) Jenazah kedua akan di evakuasi pada tanggal 2 Maret dini hari.


Sumber grup WA APGI

Menakar Peran Potensial BUMDes Dalam Implementasi Permendesa Nomor 2 Tahun 2024 tentang Ketahanan Pangan

 


ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM : Pembangunan desa yang berkelanjutan membutuhkan peran serta berbagai elemen masyarakat, termasuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Terbitnya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Permendesa PDTT) Nomor 2 Tahun 2024 yang menitikberatkan pada ketahanan pangan desa menjadi tantangan sekaligus peluang bagi BUMDes dalam mengambil peran strategisnya.

Regulasi ini mengamanatkan bahwa desa harus memiliki skema yang jelas dalam meningkatkan ketahanan pangan, baik dari sisi produksi, distribusi, hingga pemanfaatan sumber daya lokal. Dalam konteks ini, BUMDes sebagai entitas ekonomi desa memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak program ketahanan pangan yang berkelanjutan.


Peran Strategis BUMDes dalam Ketahanan Pangan

BUMDes dapat berperan dalam berbagai aspek ketahanan pangan, mulai dari hulu hingga hilir. Beberapa peran strategis yang bisa dijalankan antara lain:


Produksi dan Pengolahan Pangan Lokal

BUMDes dapat mengelola pertanian, perikanan, dan peternakan desa dengan lebih optimal, termasuk memberikan dukungan modal dan alat produksi kepada petani atau peternak lokal. Selain itu, unit usaha pengolahan hasil pertanian dapat dikembangkan agar produk desa memiliki nilai tambah sebelum dipasarkan.


Distribusi dan Pasar Pangan Desa

Salah satu tantangan ketahanan pangan adalah rantai distribusi yang panjang dan tidak efisien. BUMDes bisa menjadi agen distribusi pangan lokal yang memangkas jalur distribusi, sehingga produk pangan lebih mudah dijangkau oleh masyarakat dengan harga yang lebih stabil.


Lumbung Pangan Desa

Sesuai dengan amanat Permendesa Nomor 2 Tahun 2024, BUMDes dapat mengelola lumbung pangan desa, memastikan stok pangan tersedia dalam kondisi darurat atau saat harga pasar melonjak. Ini akan membantu desa memiliki cadangan pangan yang memadai.


Kemitraan dengan Pihak Eksternal

BUMDes juga dapat menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah, swasta, atau koperasi dalam upaya meningkatkan produktivitas pangan dan memperluas pasar produk desa.


Konsekuensi Jika BUMDes Belum Berbadan Hukum dan Tidak Aktif


Meskipun BUMDes memiliki potensi besar dalam implementasi kebijakan ketahanan pangan, tantangan utama adalah banyaknya BUMDes yang belum berbadan hukum dan tidak aktif. Hal ini memiliki konsekuensi serius, antara lain:


Tidak Bisa Mengakses Pendanaan dan Bantuan Pemerintah

BUMDes yang belum berbadan hukum tidak dapat mengakses dana desa maupun program bantuan pemerintah yang ditujukan untuk pengembangan usaha dan ketahanan pangan. Ini akan menghambat upaya desa dalam mengembangkan sektor pangan secara mandiri.


Potensi Pemberdayaan Ekonomi Desa Tidak Maksimal

Tanpa kehadiran BUMDes yang aktif, peluang meningkatkan ekonomi masyarakat desa melalui sektor pangan menjadi sangat terbatas. Petani dan pelaku usaha pangan di desa akan kesulitan mengembangkan produksi mereka tanpa dukungan lembaga ekonomi desa yang kuat.


Ketergantungan terhadap Pihak Eksternal

Desa yang tidak memiliki BUMDes yang aktif akan lebih bergantung pada pihak luar dalam hal suplai dan distribusi pangan. Akibatnya, desa tidak memiliki kendali terhadap harga dan ketersediaan pangan, yang bisa berdampak negatif pada ketahanan pangan lokal.


Tidak Mampu Menyerap Tenaga Kerja Lokal

Salah satu peran penting BUMDes adalah menciptakan lapangan kerja di desa. Jika BUMDes tidak aktif, maka potensi penyerapan tenaga kerja lokal terhambat, menyebabkan banyak penduduk desa harus mencari pekerjaan di luar daerah.


Mendorong Penguatan dan Legalitas BUMDes

Agar BUMDes dapat berperan maksimal dalam implementasi Permendesa Nomor 2 Tahun 2024, diperlukan langkah-langkah konkret untuk memastikan bahwa BUMDes:


Memiliki badan hukum yang sah, sehingga bisa mengakses berbagai skema pendanaan dan program pemerintah.

Dikelola secara profesional dan transparan, dengan manajemen yang baik agar mampu menjalankan usaha yang berkelanjutan.

Didukung oleh pemerintah desa dan masyarakat, sehingga memiliki legitimasi kuat dan partisipasi aktif dari warga.

Keberadaan BUMDes yang sehat dan aktif akan sangat menentukan keberhasilan kebijakan ketahanan pangan di tingkat desa. Oleh karena itu, percepatan legalisasi dan revitalisasi BUMDes harus menjadi prioritas, agar desa dapat lebih mandiri dalam menjaga ketersediaan dan kedaulatan pangan bagi masyarakatnya.


*Lantas bagaimana peran BUMDES di desa anda?*

Desa Jalasutra dan Harapan yang Kian Memudar

 


CERPEN | JATIMSATUNEWS.COM : Di lereng Gunung Sumbing, di antara hamparan sawah yang menghijau dan udara yang sejuk, terdapat sebuah desa bernama *Jalasutra*. Desa ini dihuni oleh sekitar *14.000 jiwa* yang tersebar di empat pedukuhan, yakni *Dukuh Nrimo, Dukuh Sabar, Dukuh Ikhlas, dan Dukuh Opojare*. Sejak dahulu, desa ini dikenal sebagai desa yang tentram dan masyarakatnya hidup dalam semangat gotong royong. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, keadaan mulai berubah.  

Kepala Desa Jalasutra, *Sutrisno*, sebenarnya adalah sosok yang cukup dihormati. Namun, di bawah kepemimpinannya, kinerja pemerintahan desa semakin merosot. *Perangkat desa sering membolos*, beberapa hanya datang ke kantor untuk ngopi, membuka YouTube, lalu pulang. *Beban kerja menumpuk hanya pada satu atau dua orang*, sementara yang lain seperti kehilangan arah.  

Lembaga-lembaga desa yang seharusnya menjadi penggerak pembangunan justru semakin tak terlihat perannya. *BPD (Badan Permusyawaratan Desa) hanya mengadakan rapat ketika waktunya mengambil insentif*, LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) bahkan dianggap sudah hilang. *BUMDes dan Pokdarwis*? Mereka seperti *kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau*.  

Masyarakat mulai resah. Mereka ingin perubahan, tetapi suara mereka seperti tenggelam di antara meja-meja kantor desa yang mulai berdebu.  


*Perangkat Desa yang Terbelah*  

Di kantor desa, pemandangan yang kontras terjadi setiap hari. Ada perangkat yang datang pagi-pagi, bekerja tanpa kenal waktu, menyelesaikan berbagai tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab banyak orang. Di sisi lain, ada yang malas datang ke kantor, bahkan ada yang enggan ke kantor karena *tidak tahu apa yang harus dikerjakan*.  

"Pak Lurah, bagaimana ini? Saya sudah capek kerja sendirian," keluh *Pak Budi, Kasi Pemerintahan*, yang setiap hari terlihat sibuk menumpuk berkas dan menyelesaikan administrasi yang seharusnya dikerjakan bersama.  

Sutrisno menghela napas. Ia tahu masalah ini, tapi entah bagaimana, semuanya sudah terasa nyaman dengan keadaan masing-masing.  

"Tolonglah, Pak Lurah, *bagilah tugas ini dengan adil*. Yang malas, ayo diajak kerja. Yang belum bisa, ayo diajari," sambung *Bu Rina, Kaur Keuangan*, yang juga sering merasa terbebani karena kurangnya koordinasi di kantor desa.  

Tapi Sutrisno hanya mengangguk pelan. Dalam hatinya, ia tahu keadaan ini sudah terlalu berlarut-larut. Ia sendiri bingung harus mulai dari mana.  


*Harapan yang Mulai Pudar*  

Di warung kopi depan balai desa, beberapa warga *Dukuh Opojare* sedang berbincang.  

"Percuma kita usulkan ini-itu. Pemerintah desa sibuk sendiri dengan urusannya," kata Pak Giman sambil menyeruput kopi hitamnya.  

"Betul! Apa BPD pernah rapat untuk mendengar aspirasi warga? Mereka hanya rapat kalau mau ambil insentif!" timpal Pak Jono, petani dari *Dukuh Nrimo*  

"Kita butuh perubahan. Tapi kita juga sudah lelah berharap," Bu Siti, seorang ibu rumah tangga dari *Dukuh Sabar*, menggeleng pelan. "Yang tampak hidup hanya PKK dan... rumput di depan balai desa!"  . Tidak ada lagi geliat Karang-taruna, tidak ada lagi anak-anak muda yang mau berkiprah di desa bahkan  lapangan bola volley dan basket sampai tumbuh belukar. Sayang sekali tidak ada potensi apapun yang bisa dibanggakan.

Orang-orang di warung itu tertawa pahit. Mereka sadar bahwa kondisi ini sudah menyentuh titik yang mengkhawatirkan. *Jika tak segera dibenahi, Desa Jalasutra bisa benar-benar kehilangan arah*


*Sebuah Perubahan yang Harus Dimulai*

Beberapa hari kemudian, Pak Warno, seorang tokoh masyarakat dari Dukuh Ikhlas, datang ke kantor desa.

"Pak Lurah, saya datang bukan untuk mengeluh. Tapi saya ingin bertanya, apakah *tidak bisa pekerjaan dibagi rata?* Yang tidak bisa, diajari. Semua harus bekerja sesuai tugas pokok dan fungsinya," kata Pak Warno dengan nada tegas.  

Sutrisno diam sejenak. Ia menatap ke arah ruang kerja perangkat desa yang semakin hari semakin sepi. Di sudut ruangan, hanya ada beberapa orang yang masih setia bekerja keras, sementara lainnya entah di mana.  

Pak Warno melanjutkan, "Desa ini butuh pemimpin yang tegas. Jangan biarkan yang malas semakin nyaman, sementara yang rajin semakin terbebani."  

Kata-kata itu membuat Sutrisno berpikir. Mungkin ini saatnya ia benar-benar mengambil sikap, Jika dibiarkan terus seperti ini, Desa Jalasutra akan semakin terpuruk.  

Di hari itu juga, ia mengumpulkan semua perangkat desa. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, *balai desa kembali dipenuhi suara diskusi serius* Meskipun belum jelas apakah perubahan akan segera terjadi, setidaknya *ada harapan baru yang mulai muncul di Jalasutra* 

Dan harapan, sekecil apa pun, adalah langkah pertama menuju perubahan.


Jalasutra - Brebes:

12 Desember 2023

Melalui Program Baru Kotak Suara, MPK MAN 1 Malang Jaring Aspirasi Siswa Guna Kemajuan Sekolah

 


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Musyawarah Perwakilan Kelas (MPK) Madrasah Aliyah Negeri 1 Malang sukses menerapkan metode baru dalam kegiatan penarikan aspirasi siswa, yakni dengan adanya metode Kotak Aspirasi. Kegiatan yang diadakan pada Jumat, 7 Maret 2025 ini berhasil menarik perhatian Siswa/i MAN 1 Malang yang antusias menyampaikan kritik, saran, dan masukan kepada Madrasah.

Dalam kegiatan ini, siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan berbagai keluhan yang mereka rasakan, baik terkait sarana prasarana, event, ekstrakurikuler, kegiatan belajar mengajar, maupun kondisi madrasah saat ini.

"Kotak Aspirasi adalah sebuah metode yang kami canangkan sebagai wadah atau sarana yang disajikan kepada siswa, agar kedepannya siswa dapat lebih leluasa dalam menyampaikan kritik, saran, dan masukan mereka terkait dengan lingkungan madrasah. Aspirasi ini akan kami tampung dan olah terlebih dahulu sebelum nantinya kami sampaikan kepada madrasah", ucap Arzaq, Ketua MPK.

Disamping siswa yang mengikuti tampak sangat aktif dalam memberikan masukan dan berdiskusi satu sama lain, secara tidak langsung kegiatan ini juga melatih siswa dalam berfikir kritis dan menyampaikan ide atau gagasan sebagai bekal dimasa yang akan datang.

Sebagai bentuk tindak lanjut, Pengurus MPK mengungkapkan bahwa hasil dari kegiatan ini akan dirangkum dan dibahas lebih lanjut dalam forum pertemuan berikutnya untuk merumuskan solusi terbaik.

Dengan suksesnya pelaksanaan Kotak Aspirasi ini, diharapkan dapat mendorong terwujudnya perubahan yang diinginkan oleh seluruh siswa/i MAN 1 Malang, serta menjadi jembatan komunikasi yang efektif antara Siswa dan Madrasah. Pelaksanaan kegiatan ini juga sebagai langkah konkrit pengurus MPK dalam mengamalkan dasar birokrasi “Dari Siswa, Oleh Siswa, Untuk Siswa”.

Pewarta : Mochammad Mambaul Arzaq

Spirit & Semarak Ramadhan, PC IPNU-IPPNU Kab. Malang Gelar RAKERCAB-RAPIMCAB Hadirkan Ratusan Kader dan Alumni

 



MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Dalam suasana Ramadhan, Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama' - Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PC.IPNU-IPPNU) Kabupaten Malang melaksanakan Rapat Kerja Cabang dan Rapat Pimpinan Cabang, dilaksanakan di Aula Lt. 3 Gedung MTs Miftahul Huda Turen pada Ahad (9/3/25). 

Untuk menghidupkan semarak sekaligus spirit ramadhan acara tersebut dikemas dengan Ngabuburit ala masyarakat Indonesia dan buka bersama. Kegiatan RAKER dan RAPIM yang ke-2 ini dimulai dengan pemaparan oleh Ketua PC. IPNU dan IPPNU kabupaten Malang Syahrul Mubarok dan Aprilia Nur Azizah. 

Ketua PC. IPNU Kabupaten Malang menyampaikan bahwa RAPIMCAB merupakan mementum silaturahmi antar PC dan PAC yang ada diseluruh kabupaten Malang.

"RAPIMCAB ini adalah momen silaturahmi antara PC dan PAC dimana kita saling duduk bersama. Mari kita rengkuh kebersamaan, duduk diskusi bersama. Lanjutkan juga kebersamaan ini antara PAC dengan PR dan PK. Mungkin iki pak" ujar Rekan Syahrul

Kemudian dilanjutkan dengan Rapat yang dibagi menjadi beberapa forum, antara lain Komisi Program Kerja, Komisi Organisasi, Komisi Rekomendasi, Gerakan Kaderisasi, Kopdar Media serta ditutup dengan Sidang Penetapan Hasil. 

Setelah itu, menjelang maghrib ratusan pengurus dari seluruh kecamatan yang telah disebar berdasarkan forum tersebut dikumpulkan kembali, guna mengikuti kegiatan buka bersama. 

Setelah jeda buka bersama, sholat maghrib dan shalat tarawih. Kemudian dilanjutkan Sarasehan Alumni dengan fokus kegiatan sharing session upaya meningkatkan kualitas organisasi. 

Diantara tokoh alumi IPNU IPPNU Kabupagen Malang yang terlihat hadir antara lain Abah Qomar, H. Teguh, Hesti Damayanti, A. Syaiful, Ahmad Amir H dan lainnya.





Mahasiswa PLB Universitas Negeri Malang Tanamkan Nilai Anti Korupsi Sejak Dini di SDN Lowokwaru 5

  MALANG | JATIMSATUNEWS.COM :  Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Malang melaksanakan kegiatan Sosialis...