Minggu, 02 April 2023

Serambi Ramadhan Ke-11 | Kasuistik Pemuda Dalam Prespektif Ramadhan

 


Dalam skema penalaran berfikir, pemuda memiliki peran dominan terhadap penalaran-penalaran dialektikanya berlaku. Utamanya dalam berperan diera modern dan era highspeed komunikasi serta transparasi komunikasi. Hedon mengenai peran pemuda telah terbukti dari zaman sebelum indonesia merdeka ada golongan tua dan golongan muda. Meskipun demikian, dua golongan super natural tersebut bukan alasan mutlak untuk mendistraksi dialektika yang berjalan. Pemuda memiliki semangat dan kemauan bulat sedangkan para sesepuh golongan tua berhak memberikan dorongan dan motivasi penguat, bak kata-kata Ki Hajar Dewantara, Tut Wuri Handayani. Untuk itu, meletakkan dimana kita atas apa yang harus kita lakukan disituasi yang bagaimana, diras perlu kita fikirkan melalui forum-forum perkumpulan profetik dengan asas, cendekiawan, prinsip kebangsaan serta berpegang pada ideologi agama yang moderat. 

Oleh karena itu, pemuda se kecamatan dampit dalam forum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU IPPNU) menselaraskan dialektika zaman yang berkembang, melalui kontur struktural dan multikultural IPNU IPPNU harus biasa memberikan pemikiran selaras serta problem solving yang konkret. Momentum Ramadhan kiranya tepat untuk sama-sama duduk untuk menganalisis hasil daya serap kondisi lingkungan, yang harus diabsraksikan dalam bentuk visi misi organisasi, hal tersebut guna menentukan arah gerak organisasi sesuai predikat ketentuan yang berlaku, bisa diterima baik untuk internal NU maupun kemaslahatan umat dengan latarbelakang apapun. 

Forum buka bersama, hakikatnya adalah refkeksi hasil setelah jerihpayah dalam satu hari penuh berusaha sekuat tenaga untuk menunda nafsu. Ini sengaja dirayakan bersama sebagai reminder bersama. Organisasi pun demikian, bila salahseorang disemua lingkup organisasi sadar dan berusaha menahan nafsunya serta egonya, niscaya tujuan organisasi yang telah dirancang dalam bentuk visi-misi yang telah terabstraksi dari analisa kompeks serta diterjemahkan dalam arah gerak atau program kerja, akan membuahkan hasil serta menyadarkan berbagai kolega. 

Kita semua sadar dan percaya hal itu, dampit dengan segala konsekuesinya mampu melahirkan organisasi pemuda yang sehat seperti vitamin, penawar rancun dalam setiap bisa serta pertunjukan seni kehidupan. Semua membutuhkan proses yang panjang. Bukan hanya semata untuk menghidupkan organisai, namun juga membentuk watak manusia personal yang paham akan ahlussunnah wal jamaah an nahdliyah melalui belajar, berjuang dan bertaqwa. Layaknya ikan dalam sungai mereka berengang mengikuti arus namun tidak akan terseret dalam arus, ngeli ananging ora keli. Setidaknya ini bisa menjadi pegangan bagi kita untuk hidup di zaman modern ini, pemuda millenial jika tidak ingin tertinggal oleh zaman harus ikut dalam pergulatan peradaban zaman namun tidak terseret arus membahayakan oleh zaman. Batasan-batasan itu ditempa dalam prinsip dan ideologi organisasi. 

Tatkala organisasi masih mau berfikir mengenai hal ini, maka angin segar kesuksesan akan berhembus kencang. Tidak hanya untuk masadepan organisasinya namun juga personal manusiawinya. Semoga momentum buka bersama mampu merefleksikan pemikiran seperti ini, membuat sadar dan kematangan dalam berfikir. Semoga kita keluar dari bulan suci ini mendapatkan predikat Minal Aidzin Wal Faidzin. Aamiin.

Serambi Ramadhan Ke-10 | Empat Metode Asketik

 

Tirakatan sejauh ini menjadi 'laku' yang terpinggrikan, sebab orang modern menganggap tirakatan sebagai bentuk tradisi bukan sebagai kebutuhan hidup suatu manusia, dengan kata lain manusi modern saat ini kurang mengenal esensi dari tirakatan itu sendiri, menganggap tirakat merupakan sesuatu yang dapat membahayakan diri dan tidak memiliki pengaruh yang jelas terhadap manusia itu sendiri. Dari artikel ini, akan diungkapkan beberapa pendapat mengenai asketik atau bisa diartikan sebagai tirakatan. Memang ada tirakat yang dibungkus dengan sesuatu yang menyakiti namun juga ada yang dilakukan yang bisa menjadi sesuatu cinta. Medote askestik itu dapat dibedakan menjadi beberapa dibawah ini : 


1. Natural Asceticism

Adalah Gaya hidup serba minimal dimana aspek material kehidupan direduksi menjadi sangat sederhana dan minimum, tetapi tanpa melukai/ menyiksa tubuh. Banyak dari terdahulu yang sudah melakukan hal ini, seperti puasa karena puasa masih ada hal yang berbuka. 


2. Unnatural Asceticism

Gaya hidup asketik dengan cara penyiksaan diri diluar batas normal. Ini biasanya dilakukan oleh seorang budha. Kalau teman-teman ingat, pelaku debus mungkin melakukan ini sebelum beraksi dalam fase latihan. 


3. Innerwordly

Tetap melibatkan diri dalam kehidupan ramai, meskipun dengan mampu tidak tergodo/ terikat. Ini telah diajarkan oleh leluhur kita, sunan kalijaga punya prinsip yang lama telah kita adopsi, "ngeli ananging ora keli" yang artinya mengikuti arus tapi tidak terbawa arus. 


4. Outerwordly

Menarik diri dari dunia dan gaya hidup menyediri. Seringkali secara leterlijk disebut introvet, namun kalau introvet sebagian besar adalah bawaan dari sifat eksternal sedangkan outerwordly ini lebih kesengajaan yang dibarengi dengan usaha keras, butuh daya upaya yang keras untuk mencapai ini. Karena dizaman sekarang yang serba membuka dunia manusia jenis ini lebih memilih untuk jauh dari keramaian dunia.

Keempat metode tersebut, bisa dipilih sesuai dengan tujuan dan hasil yang akan dituju, dilevel awal juga merupakan pilihan yang disesuaikan dengan keadaan hidup yang dipilih yang sesuai dengan kekuatan jasmani rohani. Setiap manusia berhak memilih sesuai dengan pilihannya dan secara garis besar berbeda. Idealnya setiap manusia harus pernah dimetode asketik tersebut, jika tidak maka manusia akan keluar sebagai makhluk yanh tidak ideal. Maka, namun jangan khawatir dimomentum ramadhan ini kita setidaknya sudah ada satu diantara hal tersebut, hanya saja semoga kita memperoleh buah hasil dari asketik puasa dan keluar memperoleh predikat Minal Aidzin Wal Faidzin, aamiin.

Serambi Ramadhan Ke-9 | Ragam Praktek Hidup Asketik

Fase dalam setiap manusia mengalami fase yang sama, meskipun dengan prosesnya yang berbeda. Dengan begitu, manusia harus memahami setiap prosesnya, self awareness, sefl love juga bekal yang baik. Manusia untuk berproses dengan baik harus mutlak menjalankan sesuatu yang naturalnya manusia harus mengalami, diantaranya : 


1. Fasting (Puasa)

Hampir semua agama/ makhluk melakukan puasa, baik dibungkus dengan ibadah maupun jalan ideologi, arti leterlijk dari puasa adalah Menahan demi panen yg besar, lelahnya ibadah akan panen manisnya iman, lelahnya belajar akan panen manisnya kepintaran, itulah diantara latarbelakang yang menjadi faktor utama. 


2. Communal 

Menjauh dari kerujunan/ uzlah, ini sudah banyak dipraktikkan oleh orang-orang besar. Para penulis kitab besar juga perlu uzlah untuk menciptakan kitab dengan sempurna, karena dengan kesendirian dan keheningan tercipta pemikiran yang mendalam. 


3. Yogic asceticism 

Secara amaliah kalau kita sebagai umat islam adalah Wirid, kalau orang kejawen adalah mantra. Diantara fungsi dari Yogis Asceticism adalah mempengaruhi alam bawah sadar dan memperoleh kedekatan dengan tuhan. 


4. Nocturnal Vigils 

Tirakat nomor empat ini, sejatinya mudah dilakukan oleh anak muda, mamun banyak diantara mereka yang tidak memahami dan tanpa dilandasi dengan niat dan cara yang benar, sehingga seringkali di sebut bergadang tiada gunanya. Sedangkan kegiatan bergadang mereka jika dilakukan dengan niat dan cara yang benar akan menghasilkan suatu yang luar biasa dari proses tirakatan, melekan/ bergadang ini bagi yang bisa melakukan akan merasakan asyiknya berhadapan dengan Allah, layaknya seseorang yang hanya ingin berdua dengan kekasihnya/ pasarnya. Jika telah berada pada fase ini, hamba hanya akan beribadah dengan khusyu' ketika malam hari, karena beranggapan bahwa ketika malam hanya ingin berhadapan sendiri dengan Allah swt. 


5. Pain Producing Asceticsm 

ini secara mudahnya bisa dikatakan menyiksa diri untuk merasakan betapa dirinya lemah dan yg kuat batinnya. Mereka yang menjalankan ini akan disadarkan bahwa batinnya akan kuat jika dekat dengan maha batin yaitu Allah Swt. 


6. Celibacy 

ini adalah julukan bagi mereka yang tidak menikah, fokus pada ilmu dan tuhannya, diantara anggapan bagi orang yang menjalankan ini adalah menikah bagian dari pemanjaan nafsu. 


Tentu dari semua fase itu, manusia minimal memiliki satu dari salah satu kewajiban untuk meningkatkan diri, puasa merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim, merupakan bentuk dari pengamalan fase itu. Pada bulan puasa ini semoga kita mendapatkan predikat Minal Aidzin Wal Faidzin, aamiin.

Kamis, 30 Maret 2023

Serambi Ramadhan Ke-8 | Patah Hati Itu Mahal

 

Betapa ruginya ketika ramadhan telah selesai namun seorang manusia tidak merasakan kesedihan, sepertinya belum puas bahkan baru saja menemukan pola kenikmatannya ketika puasa, tarawih, tadarus, sholat dan qiyamul lail namun ramadhan telah usai. Kadang terucap, kalau hanya sekedar lewat mengapa datang. Namun ternyata itu cara Allah swt untuk memberika dorongan motivasi agar giat dalam menyambut bulan suci Ramadhan, tatkala kita merasa telat dalam menikmati nikmatnya ramadhan karena persiapannya yang kurang, itulah mengapa perasaan sedih itu ada bagi orang yang beriman dan berjihad dalam bulan suci ramadhan. 

Jika difikir lebih jauh lagi, ternyata patah hati ditingg oleh bulan suci ramadhan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Cost kerugian tersebut yang ditaksir mahal tersebut ternyata muncul dari segi materil dan non materil bahkan ke moral. Misalkan dengan bulan ramdhan berakhir kita akan patah hati, dari sesorang yang tak bijak ketika patah hati akan kehilangan semangat dalam menjalankan hal baik lagi, akan berhenti menjalankan istiqomah yang dijalankan ketika bulan suci ramdhan, ketika sudah begitu berapa biaya cost pahala yang kita biarkan tidak terserap oleh kita. 

Ya pada dasarnya itu hanya analogi dan contoh kecil, teori dan pengetahuan itu bisa di copypaste di semua aspek kegiatan kita yang bisa menimbulkan kerugian yang mahal setelah patah hati saat bulan ramadhan meninggalkan kita semua. Nanti kita coba memberikan tanda pada setiap akhir bulan ramadhan yang pernah kita jalankan akankah kita sedih atau senang, atau bahkan dari awal  ramadhan kita sudah berkeinginan untuk segera keluar dari bulan ramadhan, naudzubillah. 

Jangankan ke orang lain, pada dasarnya aku menulis ini sebenarnya untuk diriku sendiri. Sesuai dengan tulisanku sebelumnya, bahwa sedikitnya aku telah mengerti mengenai diriku sendiri. Karena diriku akan lebih ingat ketika aku dalam beragumen itu ditulis, itulah buah hasil dari bisa mengenal diri sendiri maka akan menimbulkan dampak yang baik.

Akhir literasi, semoga kegiatan dibulan suci ramadhan ini membantu memberikan pola dalam membantu menemukan identitas dan reputasi diri. Serta kita bisa keluar dari ramadhan kecuali memperoleh predikat orang yang Minal Aidzin Wal Faidzin, Aaamiin.

Rabu, 29 Maret 2023

Serambi Ramadhan Ke-7 | Cinta Tanpa Pengenalan Diri

Entah mengapa selalu menarik untuk membahas self love namun sangat sulit untuk melakukan dan menerapkannya. Kali ini, melanjutkan dari pembahasan artikel kemarin, sepertinya membahas mengenai dampak dari mencintai namun tanpa mengenali diri sendiri. Sebagian pendapat kita dengar bahwa sebelum mencintai orang lain maka cintailah diri sendiri, nah dalam mencintai diri sendiri itu sepertinya salahsatunya adalah dengan cara mengenali diri, dengan begitu maka  kita bisa menemukan pasangan yang sesuai diri kita dengan cinta yang sesuai dengan dialektika kehidupan kita. Diantara dampak dari mencintai tanpa mengenali diri adalah sebagai berikut : 

1. Salah Memilih pasangan

Kemungkinan bisa salah memilih pasangan itu pasti terjadi, misalnya kalau kita mudah tersinggung ya jangan punya pasangan yang ngomongnya tidak bisa dikontrol, jika tidak maka akan menjadi fatal, karena tidak bisa mengenal diri sendiri. Aku orang seperti apa sehingga butuh orang seperti apa.

2. Tergantung pada orang lain

Sisi kedua setelah tidak bisa mengenali diri sendiri ketika akan mencintai adalah nempel saja pada orang lain, tidak bisa mandiri. Maunya terserah saja, hal ini bisa saja terjadi karena tidak ada keinginan untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh diri sendiri, apapun itu. Mulai dari hal kecil, menu makan, kegiatan harian, hingga masalah kompleks seperti mengerjakan masterplan hidup. Disiai lain kita jadi menyulitkan perasaan oranglain, bisanya terserah atau ngikut saja. 

3. Tidak bisa merespon gejala yang muncul dalam diri kita

Ketidakmampuan diri dalam mengobati masalah yang terjadi pada diri kita sendiri bisa diakibatkan Karena tidak kenal dengan diri kita akan terpontang panting dengan diri kita. Orang yang tidak kenal dirinya itu biasanya hidupnya sepenuhnya mengandalkan pengalaman yang kemarin-kemarin, dia tidak punya visi, dikendalikan masalalu. Hanya mengikuti pola sejarah emosi kita.

Semoga di era yang modern ini khususnya pada momentum bulan ramadhan bisa menjadikan kita manusia yang pandai dalam menganalisis dan menentukan setplan atau bahkan masterplan kehidupan, serta memperoleh predikat Minal Aidzin Wal Faidzin.

Senin, 27 Maret 2023

2-3 Jam Jalan Nasional III Diponegoro di Tutup, Evakuasi Mobil Tanki Pertamina

 

Sebuah Mobil Pertamina Mengalami kecelakaan di Jalan Raya Diponegoro Bululawang-Malang, Mobil tersebut terpelosok kedalam sungai disebelah Pondok Pesantren Annur 2 Bululawang. 

Kendati demikian, untuk mengevakuasi mobil tersebut 1 unit alat berat diturunkan. Akibatnya jalan Raya Diponegoro jurusan Bululawang-Malang terpaksa ditutup. Evakuasi diperkirakan akan selesai 2-3 jam mendatang. Untuk itu Jalan Desa Senggreng dijadikan alternatif untuk rekayasa lalulintas. 

Meski demikian karena minimnya pengatur lalulintas, akhirnya terjadi kemacetan yang diakibatkan oleh penumpukan arus lalulintas dari arah kota maupun kabupaten.

Serambi Ramadhan Ke-6 | Identitas dan Reputasi

 

Masih di topik self love, namun kali ini berbicara mengenai identitas dan reputasi, membicarakan keduanya tentu berbicara mengenai personal life. Sesuatu yang melekat dalam diri kita seringkali disebut identitas, baik verbal maupun non verbal, begitupula dengan reputasi. Reputasi seseorang seringkali dikaitkan mengenai usaha mempertahankan harga diri seseorang. Menilai dan mencitrakan indentitas dan reputasi bisa dilakukan dengan cara dua aspek, dua sudut pandang yakni sudut pandang internal dan eksternal, sudut pandang diri kita dan orang lain.

'Siapa aku menurutku' mungkin itu adalah istilah tepat untuk mengungkap identitas diri sendiri yang dikemas dalam bentuk personal branding, tentu ini berbekal kepandaian dalam mengenali diri. Sudut pandang ini belum tentu akurat dan selalu benar karena yang menilai adalah diri kita sendiri yang cenderung diselimuti oleh emosi dan ambisi seperti yang telah dibahas dalam artikel sebelumnya.

Ada juga 'siapa aku menurut oranglain' ini dilakukan oleh eksternal oranglain, cara ini akan berhasil bila seseorang tidak mudah sakit hati dalam dinilai oleh orang lain, berbagai masukan bukan untuk menjelekkan namun sebagai bahan introspeksi diri, muhasabah dan evaluasi. Tentunya kedua metode penilaian tersebut jarang sama dan itu telah hukum alam, kalaupun sama berarti seseorang telah memahami dirinya sendiri dalam mengungkap identitas dan oranglain telah membaca dari prespektif yang kompleks untuk mengungkap reputasi, namun kalau selalu sama hal ini perlu dipertanyakan. 

Biasanya yang lebih dominan bersumber dari reputasi untuk menilai diri sendiri, karena sejatinya oranglain bisa membaca diri kita disandingkan dengan keadaan dan kondisi yang pas, juga baik bila identitas bisa akurat dalam menilai dirinya sendiri karena siapa yang ingin mengenal tuhannya harus bisa mengenal dirinya sendiri, karena jika identitas didominankan dalam menilai diri sendiri hal yang mungkin adalah sulit obyektid dalam membaca diri sendiri.

Karena reputasi yan bersumber dari oranglain akan lebih akurat dalam menilai diri sendiri, maka mengenalkan identitas untuk membantu validasi diri kita kepada oranglain harus diusahakan sebagai bentuk upaya kita mengklarifikasi mengenai diri kita. Interkasi dengen oranglain untuk mengungkap siapa kita perlu dilakukan, baik melalui diskusi, debat, curhat atau bahkan screet mirror. 

Untuk itu, kita harus memiliki teman dekat yang mengerti diri kita sendiri, tidak perlu banyak yang terpenting adalah bisa memahami, baik senasip seperjuangan atau yan setara dengan diri kita secara dealektika kehidupan. Kembali lagi, sebenarnya dalam memilihi oranglain untuk bisa menilai diri kita adalah kita sendiri harus bisa mengenali diri kita sendiri, kepada siapa kita berteman dan dalam motif apa. 

Semoga refleksi demi refleksi ketika ramadhan menambah kita menjadi lebih baik dalam setiap proses menjalankan dialektika kehidupan yang dirasa dan dijalankan semakin kompeks, tingkat kompleksitas dialektika permasalahan atau kehidupan harus diimbangi pula dengan tingkat komplektifitas dalam berfikir dan menganalisis, semoga ramadhan kali ini kita berhasil mendidik diri kita untuk bisa berfikir yang jernih serta analisis yang matang sebagai bentuk kedewasaan dan kematangan diri, serta mendapatkan predikat Minal Aidzin Wal Faidzin.

Mahasiswa PLB Universitas Negeri Malang Tanamkan Nilai Anti Korupsi Sejak Dini di SDN Lowokwaru 5

  MALANG | JATIMSATUNEWS.COM :  Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Malang melaksanakan kegiatan Sosialis...