Sabtu, 31 Mei 2025

Tiga Pilar Kemajuan: Mahasiswa UM dan SDN Madyopuro 3 Gelar Pesta Budaya Penuh Semangat

 


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Sekolah Dasar Negeri (SDN) Madyopuro 3 Kota Malang menjadi saksi dari serangkaian kegiatan yang penuh makna dalam rangka memperingati HUT ke-111 Kota Malang, Hari Kartini, dan Hari Pendidikan Nasional. Kegiatan ini diselenggarakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Malang yang berkolaborasi dengan sekolah. Dengan tema “Tiga Pilar Kemajuan: Belajar, Berkarya, dan Cinta Budaya dalam Negeri”, acara ini tidak hanya bertujuan untuk merayakan, tetapi juga untuk meningkatkan semangat belajar, kreativitas, dan pengenalan budaya lokal di kalangan siswa pada kamis (07/05/2025).

Dimulai dari beberapa hari sebelum acara seluruh elemen sekolah sangat antusias untuk menyambut acara ini. Dimulai dari siswa, guru, hingga wali murid sangat bersemangat. Ada beberapa siswa yang kebingungan untuk memilih baju adat yang akan mereka kenakan untuk acara “Tiga Pilar”. Ada salah satu siswa yang merasa kebingungan untuk keperluan baju adat mereka, merekapun inisiatif untuk menyewa. 

Ih aku bingung nih, besok mau pakai baju apa ya?” Gumam salahsatu siswa. 

Pembukaan acara ini merupakan momen yang sangat dinanti. Diawali dengan pembukaan oleh MC kemudian sambutan oleh Ketua Pelaksana, Pradana Yogi Harliyatno, S.Pd, dan Kepala Sekolah Wihelmus Jehadung, S.Pd., M.Pd, suasana semakin meriah dengan penampilan lagu Indonesia Raya. Sebagai simbolis, penerbangan balon menandai dimulainya kegiatan Tiga Pilar Kemajuan. Antusiasme siswa, guru, dan wali siswa terlihat jelas semua siswa teriak dengan semangat saat penerbangan balon, menciptakan atmosfer yang penuh semangat dan kebersamaan. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya tentang akademik, tetapi juga tentang membangun karakter dan identitas budaya.

Salah satu agenda yang sangat dinanti adalah fashion show yang melibatkan seluruh siswa dari kelas 1 hingga kelas 6. Ketika MC bertanya apakah udah siap untuk fashion show hari ini? dengan serentak “sudah” MC menghampiri ke salah satu siswa kelas 1 ia berkata,

“Saya sangat tidak sabar mengikuti lomba fashion show dan kemarin malam saya gabisa tidur karna gasabar buat makeup”. Ucap siswa dengan energik.

Dengan beragam pakaian unik dan menarik, masing-masing siswa menunjukkan keberanian dan kreativitas mereka di panggung. Bahkan para guru dan wali siswa turut berpartisipasi, menampilkan pakaian adat, Yogi salah satu guru mengatakan, antusiasmenya siswa dalam kegiatan ini dan ia pun merasa harus lebih antusias.

“Anak-anak antusias untuk acara ini saya sebagai guru juga harus antusias menggunakan pakaian adat, saya menggunakan pakaian adat khas papua” ujar Yogi.

yang kaya akan nilai budaya. Melihat para siswa percaya diri di atas panggung adalah kebanggaan tersendiri dan menunjukkan bahwa mereka siap menjadi generasi penerus yang menghargai budaya bangsa.

Setelah fashion show, acara dilanjutkan dengan lomba menyanyi solo. Penampilan merdu dari siswa-siswa ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menunjukkan bakat terpendam mereka. Setiap suara yang bergema menambah kehangatan acara dan menggugah semangat semua yang hadir. Suasana semakin hidup dengan kehadiran para sponsor yang menyediakan makanan dan minuman, menjadikan kegiatan ini lebih meriah. Interaksi antara siswa, guru, dan orang tua di bazar menciptakan rasa kebersamaan yang tak ternilai.

Sebelum puncak acara, lomba mewarnai juga diadakan, di mana seluruh siswa dari kelas 1 hingga 6 berpartisipasi. Sketsa pahlawan nasional dan pemandangan Kota Malang menjadi media untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Melihat hasil karya siswa yang penuh warna dan imajinasi adalah gambaran nyata dari potensi yang dimiliki anak-anak kita. Kegiatan ini tidak hanya mengasah keterampilan, tetapi juga menanamkan rasa cinta terhadap sejarah dan budaya bangsa.

Puncak dari kegiatan Tiga Pilar ini ditutup dengan pengumuman pemenang dari setiap cabang lomba. MC bertanya siapa yang mau jadi juara? sontak suara nyaring keluar dari para siswa “saya” Momen ini merupakan puncak kegembiraan, di mana siswa-siswa yang berprestasi mendapatkan pengakuan atas usaha dan kerja keras mereka. Salah satu pemenang dari cabang lomba mewarnai yang bernama Aleya memberikan pesan dan kesan selama kegiatan berlangsung.

Kegiatan ini sangat seru sekali ada 3 cabang perlombaan dan juga ada bazar, semoga acara ini terus ada disetiap peringatan”. Ungkapnya.

Selain itu, ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi, termasuk sponsor, menunjukkan rasa syukur dan penghargaan atas dukungan yang diberikan. Sponsor seperti Pie Susu Dava, Bank BRI, dan lainnya telah memainkan peran penting dalam kesuksesan acara ini.

Kegiatan Tiga Pilar bukan hanya sekadar lomba dan pertunjukan, tetapi lebih dari itu, ini adalah sebuah momentum untuk memperkuat karakter dan identitas budaya siswa. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan siswa tidak hanya termotivasi untuk belajar, tetapi juga untuk berkarya dan mencintai budaya lokal. Budaya adalah akar dari sebuah bangsa, dan melalui kegiatan ini, mahasiswa asistensi mengajar berupaya menanamkan nilai-nilai tersebut dalam diri siswa.

Secara keseluruhan, kegiatan ini berjalan dengan lancar dan sukses. Melalui kerja keras dan kolaborasi antara mahasiswa, guru, dan siswa, acara ini berhasil menciptakan pengalaman yang berharga. Harapan kami adalah kegiatan semacam ini dapat terus dilaksanakan, sehingga dapat menjadi pemicu semangat belajar dan berkarya bagi semua yang terlibat. Pendidikan adalah perjalanan yang tidak hanya mengandalkan buku, tetapi juga pengalaman yang membentuk karakter dan identitas.

Yogyakarta, 27 Mei 2006: Ketika Bumi Berguncang, Solidaritas Merekat dalam Duka dan Harapan

 


ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM : Dua puluh tahun yang lalu, fajar di Yogyakarta menyingsing dengan indah, namun tak ada yang menyangka bahwa dalam hitungan jam, kedamaian itu akan direnggut oleh sebuah guncangan dahsyat. Pada pukul 05.53 WIB, Sabtu, 27 Mei 2006, bumi di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan bergetar hebat. Gempa berkekuatan magnitudo 5,9 (versi USGS, sementara BMKG merilis M 6,3) itu memang tidak termasuk kategori "gempa raksasa," namun dangkalnya pusat gempa (sekitar 12 km) dan karakteristik sesar yang aktif menyebabkan kerusakan yang luar biasa.

Duka Mendalam: Korban Jiwa dan Kerugian yang Tak Terhingga

Dua puluh tahun berlalu, kenangan akan pagi kelabu itu masih membekas dalam ingatan kolektif masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Gempa dahsyat ini menjadi salah satu bencana alam paling mematikan dan merugikan di Indonesia. Data menunjukkan bahwa lebih dari 5.000 orang meninggal dunia, dengan beberapa sumber menyebutkan angka spesifik hingga 6.234 jiwa. Selain itu, puluhan ribu orang mengalami luka-luka, dengan perkiraan sekitar 192.534 hingga 20.000 orang, bahkan ada yang menyebutkan 38.568–137.883 luka-luka. Dampak paling memilukan adalah sekitar 600.000 hingga 800.000 orang kehilangan tempat tinggal dan harus mengungsi.

Secara materiil, gempa ini meninggalkan kerugian yang sangat besar, diperkirakan mencapai Rp 29,1 triliun. Angka fantastis ini menjadikan Gempa Yogyakarta 2006 sebagai salah satu bencana alam paling merugikan dalam sejarah Indonesia, setelah Tsunami Aceh 2004. Lebih dari 240.000 hingga 390.077 rumah roboh atau rusak parah. Di Bantul, sebagai daerah paling parah terdampak, dilaporkan 71.763 rumah rusak total, 71.372 rusak berat, dan 66.359 rumah rusak ringan. Banyak gedung perkantoran, sarana dan prasarana sosial ekonomi, serta fasilitas publik seperti bandara, pasar, dan rumah sakit juga mengalami kerusakan parah. Bahkan beberapa situs kuno dan lokasi wisata seperti Candi Prambanan dan Makam Raja-Raja Imogiri turut rusak.

Pemandangan pilu rumah-rumah rata dengan tanah, tangisan histeris, dan kepanikan yang melanda, menjadi saksi bisu betapa dahsyatnya kekuatan alam.


Bangkit dari Reruntuhan: Kisah Solidaritas dan Kegigihan

Namun, di balik duka yang mendalam, tragedi 27 Mei 2006 juga mengukir kisah-kisah heroik dan inspiratif tentang kemanusiaan. Saat bantuan pemerintah belum sepenuhnya terorganisir, masyarakatlah yang pertama kali bergerak. Dengan tangan kosong, tanpa menunggu instruksi, mereka bahu-membahu menolong tetangga, menyelamatkan korban dari reruntuhan, dan berbagi apa pun yang mereka miliki. Solidaritas mengalir deras dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan dunia. Relawan berdatangan, bantuan logistik menumpuk, dan posko-posko darurat berdiri di mana-mana.

Gempa Yogya 2006 adalah pelajaran berharga tentang kerentanan kita di hadapan alam, namun juga tentang kekuatan luar biasa dari jiwa gotong royong dan kepedulian. Bangunan-bangunan boleh runtuh, tetapi semangat untuk bangkit dan membangun kembali tak pernah padam. Yogyakarta dan daerah terdampak lainnya perlahan tapi pasti, mulai menata kembali puing-puing, membangun rumah-rumah baru, dan memulihkan kehidupan.

Transformasi pasca-gempa bukan hanya soal fisik. Ada pelajaran berharga yang dipetik dalam mitigasi bencana. Masyarakat menjadi lebih sadar akan pentingnya bangunan tahan gempa, jalur evakuasi, dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan bencana di masa depan. Pendidikan kebencanaan mulai digalakkan, dan regulasi pembangunan diperketat.


Mengenang dan Belajar: Monumen Abadi Solidaritas

Hari ini, 27 Mei 2024, dua puluh tahun setelah tragedi itu, Yogyakarta telah kembali bangkit dengan segala pesonanya. Namun, kita tidak boleh melupakan apa yang terjadi. Gempa 2006 adalah pengingat bahwa kita hidup di atas lempeng tektonik yang aktif, dan bahwa kesiapsiagaan adalah kunci. Lebih dari itu, gempa ini adalah monumen abadi bagi semangat kemanusiaan, solidaritas, dan kegigihan masyarakat Yogyakarta yang mampu mengubah duka menjadi kekuatan untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Mari kita kenang para korban, belajar dari masa lalu, dan terus memperkuat tali persaudaraan untuk menghadapi segala tantangan yang mungkin datang. Karena seperti yang ditunjukkan pada 27 Mei 2006, ketika bumi berguncang, solidaritaslah yang merekat kita semua.

Transformasi Pembelajaran Inovatif Melalui Teknologi Holografi dalam Pendidikan Tinggi

 


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Dalam era yang serba terkoneksi, mata kuliah manajemen inovasi membutuhkan ruang yang fleksibel dan interaktif untuk mendukung ide kreatif mahasiswa tanpa batas. Teknologi memungkinkan mahasiswa dari berbagai penjuru dan berkolaborasi dalam waktu nyata, melampaui batas jarak dan geografis.

Media ini memberi kesempatan mahasiswa untuk bereksperimen dengan alat digital dan teknik baru, memperkaya proses pembelajaran mereka. Dengan cara ini, mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan kreatif dan berpikir kritis, sekaligus beradaptasi dengan perubahan dunia pendidikan yang dinamis dan semakin digital. Hal inilah yang mendorong salah satu dosen Universitas Negeri Malang (UM) Dr. Rochmawati, M.Pd untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis holografi untuk mata kuliah Manajemen Inovasi (Manov).

Proyek yang dikembangkan sejak Maret hingga Agustus nanti, hari ini Selasa (27/05/2025) dilakukan uji terbatas di kelas Manov. Media ini mengedepankan konsep pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi holografi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan manajemen inovasi di ranah internasional.

“Dengan menggunakan teknologi ini, kami berharap dapat memfasilitasi proses belajar mengajar yang fleksibel. Pendekatan Seamless Innovation Learning mendorong semua mahasiswa dapat berkolaborasi secara aktif dimanapun dan kapanpun tanpa batasan ruang dan waktu. Hal ini sejalan dengan misi internasionalisasi yang digagas oleh UM,” ungkap Dr. Rara.

Implementasi teknologi Teacher Holografi Conference (THC) diharapkan mampu menghadirkan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan interaktif. Teknologi ini memungkinkan dosen dan mahasiswa dapat terhubung secara real time meskipun berada di lokasi yang berbeda. Oleh karena itu produk unggulan inovasi pembelajaran ini dapat memudahkan penyebaran materi manajemen inovasi kepada lebih banyak mahasiswa.

Selain itu, landasan dari pengembangan proyek ini adalah untuk mewujudkan poin ke-4 dari Sustainable Development Goals (SDGs) terkait pendidikan berkualitas. Proses pembelajaran berbasis holografi memberikan akses yang lebih luas kepada pendidikan berkualitas secara inklusif. 

Kolaborasi antara teknologi dalam pembelajaran manajemen inovasi ini diharapkan mampu menciptakan pengalaman belajar yang kaya akan kreativitas dan inovasi.

“Kami berharap proyek ini dapat menjadi langkah awal yang signifikan dalam revolusi pendidikan, khususnya dalam bidang manajemen inovasi. Dengan teknologi holografi, materi manajemen inovasi tidak hanya diajarkan tetapi juga dihidupkan kembali melalui metode yang interaktif dan menyeluruh,” ucapnya.

Melalui implementasi infrastruktur ini, proyek THC memberikan kontribusi besar bagi pengembangan media pembelajaran yang inklusif dan inovatif. Dimana dampaknya diharapkan tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa dan dosen di Indonesia, tetapi juga oleh komunitas pendidikan global yang terus berkembang.

Pewarta: Luthfi Maulida Rochmah - Mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan

PANCASUMAN: Menyusuri Jejak Cak Nun, Merawat Rasa, Menyalakan Cinta

 


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Di bawah langit malam yang teduh dan semilir angin yang menyapa lembut, pelataran Mesem Cafe disulap menjadi ruang perjumpaan batin yang hangat dan penuh makna. Malam itu, dalam suasana yang khas dan khidmat, digelar sebuah acara bertajuk “Pancasuman”. Sebuah perayaan yang sarat akan makna dan kebijaksanaan dalam nuansa Maiyah, untuk memperingati hurmat hari lahir Cak Nun ke-72 tahun pada Selasa, (27/5/25)

Pancasuman hadir bukan hanya menjadi ruang perjamuan makna, tapi sebagai ruang berkumpul untuk mengenang, merenung, dan menyelami kembali jejak-jejak pemikiran dan kasih sayang dari Emha Ainun Nadjib, atau yang lebih akrab dikenal sebagai Cak Nun. Sosok yang kerap kita kenal sebagai budayawan, penyair, pembela kemanusiaan, dan guru spiritual bagi banyak generasi. Acara ini menghadirkan perpaduan antara kontemplasi, seni, dan spiritualitas, yang menandai betapa besarnya pengaruh Cak Nun bagi generasi lintas usia.

Pancasuman terasa begitu dekat di hati karena dihangatkan oleh kehadiran para sesepuh dan narasumber seperti Ki Ardhi Purbo Antoro (Lesbumi PBNU) yang menanam biji-biji kearifan budaya, Gus Agus dan Gus Nanang yang menyulam wejangan dalam kesederhanaan, Mbah Eko yang menuturkan hidup dengan teduh, serta Gus Irul (Presiden Republik Gubuk) yang bersuara jujur dari tanah rakyat.

Dengan gaya yang egaliter, humoris, dan menyentuh kesadaran, Gus Irul menyampaikan bahwa Cak Nun bukan tokoh menara gading, bukan sosok yang menggurui dari atas, melainkan rakyat biasa yang mengajak berpikir bersama. Ia menegaskan bahwa Cak Nun adalah sahabat perjalanan hadir untuk mendengarkan bahkan saat kita belum tahu harus bicara apa.

Dalam suasana penuh rasa itu, Gus Irul juga mengangkat filosofi hidup Cak Nun: Menek Blimbing, sebuah ajakan untuk tetap bersyukur dan ikhlas dalam menjalani hidup, bahkan ketika harus terjatuh. Sebab hidup bukan sekadar tentang menang dan kalah, tetapi tentang memahami makna jatuh dan bangkit dengan cinta.

Malam itu, para hadirin tak hanya sekadar duduk sebagai penonton. Mereka larut dalam irama hati yang disampaikan melalui berbagai bentuk ekspresi: dari pembacaan puisi oleh Nayla dan Vidi yang lembut menyentuh, hingga lantunan shalawat bareng dari Jagat Tresno Sholawat yang menggema dan menghangatkan ruang, menghadirkan spiritualitas yang teduh namun menggetarkan.

Ditengah hangatnya suasana, Nayla salah satu pembaca puisi menyuarakan kesan yang begitu mendalam membacakan sajaknya.

"Aku tidak hanya datang, tapi aku pulang." Itulah ungkapan yang menggambarkan perasaannya. 

Nayla hadir bukan sekadar menjadi penggembira acara, tetapi benar-benar merasakan suasana yang meneduhkan dan membumi.

Melalui lantunan shalawat, bait-bait puisi, dan petuah dari narasumber, ia merasa hatinya disentuh. Terlebih saat Gus Irul menyebut Cak Nun sebagai “sahabat perjalanan”, ia merasa seolah sedang menempuh perjalanan pulang, kembali ke dirinya sendiri. Pancasuman bukan hanya forum, tapi ruang untuk menemukan makna dan ketenangan. Dan malam itu, Nayla tidak pulang sendirian, ia pulang bersama harapan dan rasa yang utuh.

Pancasuman adalah bagian dari gerakan Brang Wetan yang menjadi ruang perjumpaan nilai-nilai Maiyah: welas asih, cinta, kebijaksanaan, dan penghargaan atas keberagaman. Acara ini bukan hanya milik satu kelompok, tapi rumah besar yang diisi dan dihidupkan oleh banyak pihak.

Keterlibatan aktif dalam acara ini dihadiri oleh: Pancasuman Brang Wetan, Lampah Klakah, IPNU dan IPPNU PAC Poncokusumo, Lembaga Adat Desa Tumpang dan Poncosukumo, Jagat Tresno Sholawat, Lesbumi NU Tumpang & Poncokusumo, Munajat Jalanan, Oi Malang Raya, Republik Gubuk, Mesem Cafe dan ISNU PAC Poncokusumo.

Kehadiran mereka menunjukkan bahwa Maiyah adalah rumah bersama, tempat semua merasa diterima, dipahami, dan dicintai. Tak heran jika forum ini disebut sebagai “rumah batin jutaan orang” bukan karena kemegahannya, tapi karena kesederhanaan dan kehangatannya.

Melalui forum ini, hadirin diajak bukan hanya untuk mengenang sosok Cak Nun, tetapi untuk menghadirkan semangat Maiyah dalam diri: menjadi rumah yang nyaman bagi sesama, tempat bernaung bagi siapa pun yang lelah, gundah, atau sekadar ingin dipahami. Karena pada akhirnya, warisan terbesar dari Cak Nun bukan sekadar kata-kata indah atau ceramah penuh hikmah, tetapi teladan dalam mencintai manusia dan kehidupan dengan sederhana: hadir, mendengarkan, dan saling menghidupkan.

"Pancasuman bukan sekedar acara biasa. Ia adalah pelita yang dinyalakan bersama untuk merawat nalar, menyalakan cinta, dan menjaga bara semangat Maiyah agar terus menyala, dari generasi ke generasi". Ungkap Nayla.


Penulis: Nailur Rohmah

Lawan Perundungan Sejak Dini: Mahasiswa Asistensi Mengajar UM Edukasi Siswa SDN Bareng 3 Malang

 


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Malang (PGSD UM), yang tergabung dalam program Asistensi Mengajar (AM) menginisiasi dan menyelenggarakan kegiatan bertajuk Sosialisasi Anti Bullying di SDN Bareng 3, Kota Malang. Kegiatan ini merupakan bentuk konkret komitmen kami sebagai calon pendidik untuk turut serta menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan bebas dari segala bentuk perundungan pada Selasa, (25/5/2025).

​Bullying atau perundungan merupakan isu yang tak bisa dipandang sebelah mata dalam dunia pendidikan. Meskipun kerap dianggap sebagai hal biasa dalam interaksi antar siswa, kenyataannya bullying meninggalkan dampak psikologis yang serius bagi korban, bahkan bisa menghambat proses belajar dan perkembangan karakter anak. Menyadari hal tersebut, kami terpanggil untuk menghadirkan kegiatan edukatif yang bertujuan menumbuhkan kesadaran, empati, dan keberanian untuk mengatakan “tidak” terhadap bullying, sejak usia dini.

Konsep dan Tujuan Kegiatan

​Kegiatan Sosialisasi Anti Bullying ditujukan untuk seluruh siswa kelas 1 hingga kelas 5. Dengan mempertimbangkan tahapan perkembangan kognitif anak, kegiatan dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama (08.50–09.20) diperuntukkan bagi kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3), sementara sesi kedua (09.30–10.00) diikuti oleh siswa kelas tinggi (kelas 4 dan 5). Setiap sesi dirancang berdurasi 30 menit dan dikemas secara komunikatif, interaktif, dan menyenangkan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para peserta didik.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah:

• Menanamkan pemahaman tentang definisi dan jenis-jenis bullying (verbal, fisik, dan cyber).

• Menjelaskan dampak buruk bullying bagi korban, pelaku, maupun lingkungan sekitar.

• Mendorong siswa untuk membangun budaya saling menghormati, menolong, dan peduli satu sama lain.

• Menumbuhkan keberanian untuk melawan bullying dan melapor kepada guru atau orang dewasa yang dipercaya.

Pelaksanaan Kegiatan

​Kegiatan dibuka oleh tim mahasiswa yang berperan sebagai pembawa acara sekaligus fasilitator. Kami memulai dengan menjelaskan tujuan kegiatan secara sederhana dan membangun kedekatan emosional dengan siswa. Dilanjutkan dengan pemaparan materi melalui presentasi yang visual dan video edukatif yang menggambarkan situasi nyata bullying dan cara menghadapinya.

​Suasana semakin hidup ketika kami mengadakan ice breaking untuk mencairkan suasana. Siswa tertawa, bergerak, dan saling berinteraksi dalam permainan ringan yang mengandung pesan moral. Setelah itu, kami membuka sesi diskusi sederhana, di mana siswa diberikan ruang untuk bertanya, bercerita, dan mengungkapkan pendapat mereka terkait pengalaman atau pemahaman mereka tentang bullying. Respon yang kami terima sungguh luar biasa—beberapa siswa bahkan berani menceritakan kejadian yang mereka alami atau lihat sendiri, sesuatu yang membuktikan bahwa forum ini menjadi wadah aman bagi mereka.

Komitmen Bersama: Sekolah Bebas Bullying

​Salah satu puncak dari kegiatan ini adalah penandatanganan Deklarasi Sekolah Bebas Bullying. Kami mengajak seluruh siswa untuk menandatangani poster besar sebagai simbol komitmen bersama untuk tidak melakukan bullying dan siap menegur atau membantu teman yang menjadi korban. Momen ini terasa sangat sakral dan emosional. Terlihat jelas di wajah anak-anak semangat dan rasa bangga mereka menjadi bagian dari gerakan positif ini.

​Deklarasi ini tidak hanya menjadi simbol, tetapi juga bentuk internalisasi nilai-nilai karakter dalam diri anak: tanggung jawab, keberanian, dan kepedulian sosial. Kami juga menyerahkan dokumen deklarasi kepada pihak sekolah sebagai bentuk dukungan terhadap program penguatan profil pelajar Pancasila.

Sebagai mahasiswa Asistensi Mengajar, kami mendapatkan banyak pelajaran dari proses ini—bukan hanya tentang bagaimana mengelola kegiatan, tetapi juga bagaimana menghadapi dinamika siswa dan menanamkan nilai-nilai kehidupan dengan cara yang menyenangkan dan bermakna. Kami merasa bangga bisa mengambil bagian dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan inklusif.

​Kami menyadari bahwa upaya mencegah bullying tidak cukup hanya dengan satu kali kegiatan. Namun, kami percaya bahwa langkah kecil ini akan menjadi awal yang baik untuk perubahan yang lebih besar. Kami berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi program rutin yang didukung oleh sekolah dan terus dikembangkan dengan pendekatan yang berkelanjutan.

​Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala SDN Bareng 3, guru-guru, serta seluruh siswa yang telah mendukung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Semoga apa yang telah kami lakukan menjadi amal kebaikan dan inspirasi bagi sesama untuk terus menjaga sekolah sebagai tempat yang aman dan penuh kasih.

Oleh : Rera Aulia Refitra

Diduga Aksi Pencurian Kopi di Lahan Milik Warga Ngantang Malang, Tertangkap Basah

 


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Aksi pencurian kopi  dilahan milik Yatmadi, warga dusun Pakan Desa Purworejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang tertangkap basah oleh anak pemilik lahan, pada Sabtu (31/5/25) siang. 

Sesuai pengakuan 2 orang pelaku yang terdapat dalam video tersebut, telah melakukan aksi yang kedua kalinya. Mereka mengaku juga mendapatkan perintah untuk melakukan aksinya tersebut. 

Samsudin, anak dari pemilik lahan merasa geram akan kejadian tersebut. Dia menduga kejadian ini buntut dari sengketa izin pengolahan lahan pertanian yang telah jatuh kepada Yatmadi, ayahnya. Ia berharap agar masalah ini selesai. 

"Saya ingin masalah ini selesai, agar keluarga saya tidak terus diganggu dan oknum ini jera" ungkapnya.

Senin, 14 April 2025

Ukasyah Ali, Serap Aspirasi Masyarakat Dapil 7 Lewat Kegiatan Reses

 


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Kegiatan Reses Masa Persidangan Kedua Tahun Pertama DPRD Kabupaten Malang Masa Jabatan 2024-2029 bersama masyarakat Dapil 7 yang terdiri dari perwakilan masyarakat Wajak, Tajinan, Poncokusumo, Tumpang dan Janung telah berlangsung secara demokratis di Dusun Patuk Desa Sukolilo Kecamatan Wajak pada Rabu, (19/3/25).

Muhammad Ukasyah Ali Murtadho Anggota DPRD Kabupaten Malang Komisi II Fraksi Gerindra kembali memberikan penjelasan bahwa DPRD memiliki 3 fungsi utama antara lain Merumuskan dan Mengesahkan Undang-Undang, Monitoring Pemerintah dan Legislasi. Selain itu Ukasyah juga memaparkan terdapat 62 Pengajuan Untuk Dapil 7 yang tertera dala  dalam Sistem Informasi Pembangunan Derah (SIPD) sebagai usulan reses pertama dalam masa persidangan pertama.

"Reses kemarin ada 62 usulan aspirasi bapak/ibu sekalian dan yang telah teralisasi sebagai contoh di Patokpicis berupa  Pelebaran Jalan dan di Sukolilo - Pohkecik berupa Perbaikan Jalan Rusak" ujar pria yang akrab disapa Gus Ali tersebut. 

Reses dikemas dengan acara yang santai dan interaktif dalam nuansa bulan puasa. Na'im salah satu warga tumpang juga turut memberikan aspirasinya mengenai alur penyampaian aspirasi dan rules usulan yang sesuai dengan komisi yang diemban.

"Bagaimana alur kami dalam menyampaikan aspirasi bila ada temuan baru kedepan serta usulan apa yang sesuai dengan bidang bapak di Komisi II" ujar Na'im

Pertanyaan tersebut langsung dijawab oleh Ukasyah sebab tak sulit baginya menyikapi aspirasi ini pasalnya alur koordinasi dengan masyarakat telah berjalan rutin, setiap sebulan sekali ukasyah ali mengaku telah rutin komunikasi di setiap kecamatan guna monitoring

Selain itu, Nur Kholis warga Sukopuro Jabung juga bertanya mengenai bagaimana petani yang tidak memiliki lahan, mengusulkan program untuk petani milenial. 

Pertanyaan tersebut langsung direspon oleh Ukasyah, meskipun terkait hal itu bukan bidangnya namun ua akan akan melakukan tindaklanjut berupa komunikasi dengan Pihak Komisi IV dan sedikit memberikan informasi untuk program kedepan berupa Program Tani Merdeka Swasembada bangan, Koperasi Merah Putih dan Penguatan Poktan-Gapoktan yang masih dalam wacana sebagai tahap dari proses realisasi. 

Disisi lain Prayitno warga desa Gunungsari Tajinan menyampaikan mengatakan bahwa reses kali ini sebagai sarana menyampaikan keluh-kesah serta mendapatkan tanggapan baik. Ia juga berpesan agar terus mendengarkan aspirasi masyarakat

"Alhamdulillah acara kegiatan reses anggota DPRD Kabupaten Malang Dapil VII Muhammad Ukasyah Ali Murtadho berjalan lancar, dan kami menyampaikan keluh kesah pada dewan. Mendapat tanggapan sangat baik serta dapat support dari dewan. Semoga kepedannya tetap semangat menerima aspirasi kami, sehat selalu buat Ukasyah Ali. Aamiin" ujar Prayitno

Mahasiswa PLB Universitas Negeri Malang Tanamkan Nilai Anti Korupsi Sejak Dini di SDN Lowokwaru 5

  MALANG | JATIMSATUNEWS.COM :  Mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) Universitas Negeri Malang melaksanakan kegiatan Sosialis...